Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten minyak dan gas milik Taipan Arifin Panigoro PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) bergerak naik 17,42 persen selama sepekan perdagangan. Kenaikan harga saham terjadi seiring dengan beberapa pengumuman aksi korporasi MEDC antara lain persetujuan ekspor listrik serta proyek Timur Tengah.
Berdasarkan data RTI Business pada perdagangan hari ini, Kamis (14/9/2023) pukul 9.50 WIB, saham MEDC bergerak naik 0,65 persen ke posisi Rp1.555 per saham. Sepanjang perdagangan, MEDC telah volatil di rentang Rp1.530 hingga Rp1.575 setelah sebelumnya dibuka di posisi Rp1.565 per saham.
Sepanjang 50 menit perdagangan, sebanyak 42,92 juta saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp66,73 miliar. Kapitalisasi pasar juga tercatat sebesar Rp39,09 triliun.
Secara akumulasi, saham MEDC naik 17,42 persen selama sepekan dari penutupan perdagangan Kamis lalu di level Rp1.320 per saham. Sementara secara year-to-date, saham MEDC melaju hijau 53,20 persen. Posisi ini hampir menyentuh harga tertinggi (all time high) di level Rp1.585 per saham.
Riset Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp2.200. Rekomendasi dan target tersebut mencerminkan EV/EBITDA sepanjang 2024 sebesar 5,3 kali.
Adapun beberapa katalis yang mendasari rekomendasi tersebut adalah sejumlah aksi korporasi MEDC.
Baca Juga
Seperti yang diketahui, Energy Market Authority (EMA) Singapura telah memberikan izin bersyarat kepada anak usaha MEDC Medco Power Global bersama dengan PacificLight Renewables Pte Ltd dan Gallant Venture Ltd, untuk menyediakan listrik hijau berbasis surya sebesar 600 MW.
Proyek yang saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan memiliki kapasitas total sebesar 1500 MW (900 MW untuk penggunaan lokal), dan ada rencana untuk meningkatkan kapasitasnya hingga 1,5 kali lipat, dengan target operasional pada 2028 mendatang.
Masih kabar dari Singapura, MEDC juga baru mengumumkan telah menjadi penjamin transaksi uang muka jual beli minyak mentah dengan Glencore Singapore Pte. Ltd. senilai maksimal US$100 juta atau setara Rp1,53 triliun (kurs jisdor Rp15.344).
Sekretaris Perusahaan MEDC Siendy Wisandana mengatakan transaksi perjanjian uang muka jual beli minyak mentah merupakan kepentingan dari anak perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh MEDC yaitu Medco Global Pte. Ltd.
Selain itu, MEDC berencana untuk menyelesaikan penjualan kepemilikan efektif working interest sebesar 31,88 persen di Block 12W (ChimSao), sebuah lapangan minyak produksi di Vietnam yang dioperasikan oleh Harbour Energy.
Pada Agustus 2023, MEDC ini menandatangani perjanjian (CSPA) untuk mengakuisisi 20 persen non-operating participating interest dalam aset produksi yang terletak di Timur Tengah dengan operator akan tetap memegang mayoritas kepemilikan dan kendali operasional yang transaksinya diharapkan akan rampung pada akhir tahun 2023.
Manajemen MEDC menjelaskan aset tersebut adalah aset baru bagi Medco, tetapi memiliki karakteristik yang sangat mirip dengan aset yang sudah ada kami di Oman.
“Ini adalah aset yang menghasilkan, namun tidak dioperasikan; bagaimanapun, Medco akan mengirimkan beberapa personel senior ke operasi dalam disiplin kunci termasuk eksplorasi, teknologi, dan manajemen emisi GHG,” kata manajemen, dikutip Kamis (14/9/2023).
Aksi akuisisi ini akan menggunakan dana kas dan penarikan utang. Medco tidak merincikan dana akuisisi dari utang yang disebutkan dan menilai tidak perlu membebani pasar modal untuk mendanai akuisisi.
Selain itu, riset Samuel Sekuritas menambahkan lonjakan harga PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) juga akan mempengaruhi prospek emiten migas ini. Seperti yang diketahui MEDC memiliki 21,09 persen saham AMMN. Disebutkan pula nilai investasi MEDC di AMMN mencapai US$511 juta. Alhasil, MEDC akan mencatat keuntungan yang belum direalisasi sebesar US$4,6 miliar pada kuartal IIO/2023, yang akan meningkatkan laba bersih tahunan menjadi US$4,9 miliar.
Selain aksi korporasi, outlook harga minyak juga akan ikut mendongkrak prospek MEDC sepanjang semester II/2023.
“Dengan harga minyak global yang kembali ke US$91 per barel, kami memiliki pandangan yang menguntungkan untuk bisnis migas dan tenaga MEDC,” tulis Tim Riset.
Mereka juga merincikan asumsi harga minyak untuk tahun 2023 menjadi US$85 per barel mengingat kemungkinan pemotongan pasokan lebih lanjut dari OPEC+ dan penurunan inventaris minyak AS.
Samuel Sekuritas memprediksi laba bersih untuk tahun 2023/2024 MEDC menjadi US$348 juta hingga US$304 juta, terutama karena lonjakan harga komoditas dan peningkatan potensial dalam pasokan energi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.