Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka volatil pada perdagangan hari ini, Rabu (13/9/2023), dengan saham BBCA, MEDC dan BBRI menjadi saham yang paling laris pada pembukaan perdagangan.
Berdasarkan data bursa Efek Indonesia pukul 09.00 WIB, IHSG berada di posisi 6933,30 atau turun 0,01 persen. IHSG sempat bergerak ke posisi tertinggi di level 6.490 dan level terendah di 6.029 setelah dibuka di level 6.934.
Sebanyak 166 saham menguat, 83 saham melemah dan 248 saham masih stagnan. Kapitalisasi pasar juga tercatat sebesar Rp10.284,68 triliun.
Setelah satu menit perdagangan, sebanyak 325,32 juta saham diperdagangkan dengan nilai mencapai Rp217,07 miliar. Transaksi yang terjadi sebanyak 22.956 kali. IHSG juga kembali bergerak hijau dan menguat 0,01 persen ke posisi 6.934,37.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi saham yang paling banyak diperdagangkan pada pembukaan hari ini sebanyak 1.077 kali dengan harga turun 0,55 persen ke level Rp9.050 per saham.
Selanjutnya saham PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) juga banyak diperdagangkan yaitu 929 kali di harga yang naik 3,02 persen ke posisi Rp1.535 per saham. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga diperdagangkan sebanyak 727 kali. BBRI turun 0,47 persen ke posisi Rp5.350 per saham.
Baca Juga
Saham lain yang juga banyak diperdagangkan adalah WIRG, GOTO, AMMN, ESSA dan MAHA.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan mengatakan IHSG masih berpeluang rebound terbatas ika bertahan di atas MA20. Sebaliknya, jika turun ke bawah 6.930 (MA20), IHSG rawan koreksi lanjutan ke kisaran level psikologis 6.900.
Pergerakan IHSG pada pekan ini dibayangi oleh antisipasi sejumlah data ekonomi penting. Dari eksternal, inflasi AS diperkirakan naik ke 3,6 persen yoy di Agustus 2023 dari 3,2 persen yoy di Juli 2023.
Kenaikan inflasi ini kembali memicu spekulasi kenaikan The Fed Rate di FOMC November 2023. Terkait kebijakan moneter, The Fed dijadwalkan rilis hasil FOMC di 20 September 2023 dan ECB dijadwalkan rilis pada 14 September 2023.
Dari dalam negeri, pelaku pasar mengantisipasi penurunan nilai ekspor dan impor di Agustus 2023 yang diperkirakan lebih dalam dibanding penurunan di Juli 2023.
‘Pasar dapat mencermati peluang bullish continuation pada BRPT, serta potensi rebound pada AKRA, DSNG, ERAA, PGAS, PGEO, BRIS dan BSDE,” imbuh Valdy.
Sementara itu, analis RHB Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan IHSG terlihat melakukan koreksi teknikal dari resistance garis MA5 untuk menguji support garis MA20.
“Jika support garis MA20 tertembus maka berpeluang untuk kembali melakukan koreksi teknikal dan menguji support garis MA50,” kata Wafi dalam riset harian.
Namun jika IHSG mampu bertahan diatas garis MA20 maka berpeluang untuk kembali rebound dan breakout resistance garis MA5 untuk melanjutkan fase bullish-nya.
Dari sisi global, tiga indeks utama Wall Street mengalami pelemahan karena melonjaknya harga minyak memperdalam kekhawatiran tentang tekanan terhadap inflasi menjelang pembacaan data penting minggu ini.
Indeks S&P 500 turun 0,57 persen mengakhiri sesi pada posisi 4.461,91 poin. Begitu pun dengan Nasdaq turun 1,04 persen menjadi 13.773,62 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0,05 persen menjadi 34.645,99 poin.
Dari 11 indeks sektor S&P 500, delapan indeks melemah, dipimpin oleh sektor teknologi informasi (.SPLRCT), yang turun 1,75 persen, diikuti oleh penurunan 1,06 persen pada sektor jasa komunikasi (.SPLRCL). Indeks energi (.SPNY) bertambah 2,31 persen.
Volume di bursa AS relatif kecil, dengan 9,4 miliar lembar saham diperdagangkan, dibandingkan dengan rata-rata 9,9 miliar lembar saham pada sesi-sesi sebelumnya.
Saham yang paling banyak diperdagangkan di S&P 500 adalah Tesla, dengan nilai saham senilai $36,7 miliar yang dipertukarkan selama sesi tersebut. Meski demikian, saham produsen mobil listrik itu turun 2,23 persen.
Saham-saham kelas berat seperti Amazon.com (AMZN.O) dan Microsoft (MSFT.O) masing-masing turun lebih dari 1 persen, tertekan oleh perkiraan kenaikan imbal hasil Treasury AS.
Di sisi lain, harga minyak melonjak lebih dari 1 persen melanjutkan reli baru-baru ini dan memicu kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan suku bunga AS tetap lebih tinggi lebih lama setelah data ekonomi yang kuat.
"Masyarakat sedikit khawatir mengenai kenaikan harga energi yang cukup agresif dalam beberapa pekan terakhir dan hal ini menciptakan beberapa kekhawatiran menjelang bulan November" ketika beberapa investor khawatir pembuat kebijakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lagi, kata Thomas Hayes, ketua Great Hill Modal LLC dikutip dari Reuters.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.