Bisnis.com, JAKARTA — Indeks reksa dana pasar uang menorehkan kinerja positif sepanjang tahun berjalan dengan kenaikan 2,74 persen secara year-to-date (ytd). Alhasil, prospek reksa dana pasar uang diprediksi masih cerah hingga akhir tahun.
Berdasarkan data Infovesta dikutip Senin, (11/9/2023), indeks reksa dana pasar uang mencatatkan return positif 2,74 persen ytd, sedangkan indeks reksa dana saham terkoreksi -1,13 persen pada periode yang sama. Sementara itu, indeks reksa dana pendapatan tetap masih memimpin dengan kenaikan 3,66 persen ytd.
Kendati demikian, mengacu data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) reksa dana pasar uang di industri per Agustus 2023 mencapai Rp76,53 triliun, atau turun 1,50 persen secara month-over-month (MoM) dibandingkan Juli 2023 sebesar Rp77,70 triliun.
Di lain sisi, jumlah investor reksa dana pasar uang masih yang tertinggi sebanyak 2,7 juta investor. Diikuti reksa dana pendapatan tetap sebanyak 983.495 investor, dan reksa dana saham sebanyak 713.545 investor.
Direktur Investasi BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih mengatakan, penurunan dana kelolaan reksa dana pasar uang kemungkinan disebabkan oleh minat investor untuk mencari tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan imbal hasil reksa dana pasar uang.
"Sehingga, hal tersebut membuat investor menarik dananya dari reksa dana pasar uang," ujar Putut kepada Bisnis, Senin, (11/9/2023).
Baca Juga
Menurutnya, salah satu penyebab lainnya dana kelolaan reksa dana pasar uang mengalami penurunan karena adanya opsi investasi lain untuk investor seperti obligasi ritel yang diterbitkan oleh pemerintah yang memiliki fitur layaknya deposito dengan bagi hasil setiap bulan.
Terkait jumlah investor reksa dana pasar uang yang masih tinggi, Putut mengatakan investor tetap menginvestasikan dananya di reksa dana pasar uang sebagai opsi untuk mengoptimalkan dana kas, daripada hanya mendapatkan bunga giro.
"Ataupun adanya kemungkinan tambahan investor baru yang mulai mencoba menempatkan dananya pada reksa dana pasar uang untuk memulai berinvestasi dengan risiko yang cenderung rendah," katanya.
Menurutnya, prospek kinerja reksa dana pasar uang cenderung sensitif terhadap ekspektasi pergerakan tingkat suku bunga yang akan tercermin pada tingkat imbal hasil atas reksa dana pasar uang.
Di lain sisi, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai prospek kinerja reksa dana pasar uang masih cukup baik pada tahun 2023 karena likuiditas bank semakin ketat, dan pemerintah gencar menerbitkan obligasi negara ritel (ORI).
"Penawaran ORI menjadi sangat sering menjelang akhir tahun sehingga secara perlahan bank menaikkan suku bunga depositonya. Hal ini berdampak positif terhadap rate yang didapat pasar uang juga semakin tinggi," ujar Rudiyanto kepada Bisnis.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga (BI7DRR) di level 5,75 persen. Sementara itu, Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed diprediksi akan meningkatkan suku bunga ke level 5,75 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2023.