Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tahan Suku Bunga, Prospek Reksa Dana Pasar Uang Syariah masih Menarik

Prospek instrumen investasi reksa dana pasar uang syariah masih menarik dan kompetitif, meskipun Bank Indonesia menahan suku bunga acuan.
Prospek instrumen investasi reksa dana pasar uang syariah masih menarik dan kompetitif, meskipun Bank Indonesia menahan suku bunga acuan.
Prospek instrumen investasi reksa dana pasar uang syariah masih menarik dan kompetitif, meskipun Bank Indonesia menahan suku bunga acuan.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Danareksa Investment Management (DIM) menilai prospek instrumen investasi reksa dana pasar uang syariah masih menarik dan kompetitif, meskipun Bank Indonesia menahan suku bunga acuan.

Seperti diketahui, pada kuartal I/2023 BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5.75 persen. Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi ke depan.

Direktur Pemasaran dan Bisnis PT Danareksa Investment Management, Upik Susiyawati mengatakan bahwa DIM memilih produk reksa dana Danareksa Seruni Pasar Uang Syariah sebagai pilihan investasi karena prospek jangka panjang yang baik bagi investor yang mengedepankan prinsip syariah.

Selain itu, menurutnya BI optimis bahwa dengan likuiditas perbankan yang masih cukup, hal ini tidak akan mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit pada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN/SBSN untuk pembiayaan APBN.

"Dengan memanfaatkan tren kenaikan harga di pasar obligasi dalam negeri, DIM melihat investasi pada reksa dana pasar uang khususnya reksadana pasar uang syariah masih cukup menarik dan kompetitif dibandingkan dengan melakukan penempatan langsung pada deposito syariah," ujar Upik dalam keterangan resmi dikutip Rabu, (19/4/2023).

Di lain sisi, berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat peningkatan reksa dana syariah pada akhir Maret 2023 sebesar 5,02 persen atau naik menjadi Rp42,65 triliun dari sebelumnya sebesar Rp40,61 triliun pada akhir 2022. 

OJK juga mencatat bahwa sukuk korporasi meningkat 1,25 persen year-to-date (ytd) menjadi Rp43,03 triliun dari sebelumnya sebesar Rp43,03 triliun pada akhir 2022. Selanjutnya, sukuk negara meningkat 2,24 persen ytd menjadi Rp1.374,48 triliun dari sebelumnya sebesar Rp1.344,35 triliun pada akhir tahun lalu.

Terakhir, kapitalisasi pasar modal syariah Indonesia mencapai sebesar Rp4.760,83 triliun hingga 31 Maret 2023. Pencapaian ini menurun 0,53 persen ytd dari sebelumnya sebesar Rp4.786,02 triliun pada akhir 2022.

Selain itu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berada di angka 211,26 per 31 Maret 2023, atau menurun 2,97 persen ytd dari sebelumnya di angka 217,73 pada akhir 2022.

Oleh sebab itu, menurutnya, investasi reksa dana syariah memiliki potensi untuk memberikan imbal hasil yang menarik dibandingkan dengan reksadana konvensional umumnya. Tingkat pertumbuhan investasi stabil dan likuiditas tinggi untuk memenuhi kebutuhan dana tunai dalam waktu singkat karena jatuh tempo tidak lebih dari 1 tahun.

"Tidak hanya itu, reksa dana SPU Syariah memilik risiko investasi yang rendah dan likuid serta sangat terjangkau dengan harga minimum pembelian reksa dana SPU Syariah adalah Rp10.000," pungkas Upik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper