Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Kelolaan Reksa Dana Turun 0,66 Persen, Ini Penyebabnya

OJK menjabarkan penyebab dana kelolaan reksa dana turun sebesar 0,06 persen
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana kembali mengalami penurunan pada Agustus 2023. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan secara kumulatif NAB reksa dana tercatat turun 0,66 persen sepanjang bulan berjalan (month-to-date/MTD) menjadi Rp513,24 triliun per 31 Agustus 2023.  

Namun, meski NAB reksa dana mengalami penurunan pada Agustus 2023, dana reksa dana terpantau meningkat 1,66 persen secara year-to-date (ytd), dengan catatan net subscription sebesar Rp8,58 triliun. 

"Nilai AUM pengelolaan investasi sebesar Rp844,47 triliun, naik 2,05 persen dengan NAB per 31 Agustus 2023 sebesar Rp513,24 triliun," ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil RDK OJK Agustus 2023, Selasa (5/9/2023). 

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani melihat secara umum penurunan dana kelolaan reksa dana terjadi seiring adanya penjualan underlying asset atau aset dasar yang dilakukan para manajer investasi. 

Menurutnya, kondisi pasar yang cukup volatile mau tak mau membuat para manajer investasi harus menjual beberapa aset yang dimiliki untuk menjaganya dari risiko pasar.

"Kita lihat pasar cukup volatile pada Agustus 2023, di mana hal ini membuat yield obligasi pemerintah maupun korporasi mengalami kenaikan karena ketidakpastian pasar," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (5/9/2023). 

Selain itu, faktor lain yang memengaruhi penurunan dana kelolaan reksa dana adalah terkait kondisi pasar saham yang semakin volatile akibat sentimen global seperti krisis properti di China hingga keputusan Fintech untuk memangkas peringkat utang Amerika Serikat (AS) dari peringkat tertinggi AAA menjadi AA+. 

Adapun, Arjun memprediksi bahwa kinerja industri reksa dana akan kembali menguat pada September 2023. 

Hal ini karena reksa dana berada dalam posisi yang menarik karena valuasi saham terbilang murah dibandingkan dengan pasar saham peer group jika dilihat berdasarkan price to earning ratio (PER) dari masing-masing Indeks. 

"Untuk reksa dana pendapatan tetap (fixed income) juga akan bagus karena rill yield masih menarik dibandingkan peers berdasarkan SUN 10 tahun yaitu acuan obligasi," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper