Bisnis.com, JAKARTA – Dua emiten hotel yakni PT Eastparc Hotel Tbk. (EAST) dan PT Red Planet Indonesia Tbk. (PSKT) merangkum nasib berbeda pada semester I/2023. EAST tercatat membukukan peningkatan laba, sedangkan PSKT menderita kerugian.
Menyitir laporan keuangan masing-masing perusahaan per 30 Juni 2023, EAST menorehkan laba bersih periode berjalan sebesar Rp17,05 miliar atau naik 28,82 persen year-on-year (YoY). Saat bersamaan, laba per saham naik dari Rp3,21 menjadi Rp4,13.
Sejalan dengan kenaikan laba, pendapatan EAST juga melonjak 26,84 persen secara tahunan, dari posisi Rp39,05 miliar menjadi Rp49,54 miliar pada semester I/2023. Kenaikan ini ditopang oleh pendapatan segmen kamar yang naik 25,87 persen YoY menjadi Rp32,5 miliar.
Di sisi lain, nasib berbeda ditunjukkan emiten hotel milik Happy Hapsoro yakni PSKT. Sepanjang paruh pertama 2023, PSKT menelan kerugian Rp4,96 miliar atau naik 12,98 persen YoY. Adapun rugi per saham meningkat dari Rp0,42 menjadi Rp0,48.
Pundi-pundi pendapatan PSKT juga tergerus 0,43 persen secara tahunan menjadi Rp26,51 miliar. Pelemahan ini dikontribusikan oleh pendapatan dari segmen kamar yang turun 2,02 persen YoY, atau dari Rp24,20 miliar menjadi Rp23,71 miliar pada semester I/2023.
Pada saat bersamaan, beban PSKT juga naik. Beban langsung perseroan, misalnya, meningkat dari Rp12,63 miliar menjadi Rp13,12 miliar. Selain itu, beban umum dan administrasi yang ditanggung perseroan juga mengalami peningkatan 1,46 persen YoY menjadi Rp17.78 miliar.
Baca Juga
Direktur Utama Red Planet Indonesia Dinno Indiano menuturkan kenaikan beban itu disumbang oleh beban gaji serta beban lainnya akibat inflasi tahunan. Di tengah peningkatan ini, pendapatan usaha perseroan rupanya tak mampu menopang beban tersebut.
“Pendapatan belum dapat menyerap kenaikan tersebut sebagai dampak dari rebranding sejak akhir Mei 2023,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.
Perseroan diketahui mengubah portofolionya dari Red Planet Hotels menjadi Monolog Hotel. Keputusan rebranding tersebut dinilai menjadi sebuah momentum untuk mengubah merek dagang pada sektor hotel budget di Indonesia.
“Ke depannya, kami sungguh-sungguh berupaya meningkatkan pendapatan dengan mengoptimalkan semua jalur pemasaran dalam memperkuat rebranding tersebut,” kata Dinno.
Sementara itu, Direktur Eastparc Hotel Wahyudi Eko Sutoro menyampaikan bahwa EAST akan menerapkan sederet strategi guna mempertahankan kinerja positif pada paruh kedua tahun ini.
Strategi tersebut, antara lain, menetapkan harga secara dinamis, membuat paket staycation, melakukan inovasi untuk meningkatkan fasilitas tamu, melakukan pemeliharaan secara berkala dan terjadwal, serta melakukan kontrol dalam hal pengeluaran.
Di lantai bursa, kinerja saham kedua emiten hotel tersebut juga memperlihatkan raihan berbeda. Saham EAST menorehkan kenaikan 43,16 persen secara year-to-date (YtD), sementara saham PSKT merosot 24,24 persen pada periode yang sama.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai sektor perhotelan sejatinya mulai menggeliat sejak status pandemi Covid-19 berubah menjadi endemi.
Geliat tersebut sejalan dengan mobilitas masyarakat yang kembali normal, sehingga mendongkrak bisnis akomodasi pariwisata khususnya perhotelan.
Namun, dia mengemukakan kinerja PSKT dan EAST memang menorehkan hasil berbeda, khususnya dari capaian laba bersih. PSKT tercatat membukukan kerugian, sementara EAST menorehkan peningkatan laba pada paruh pertama tahun ini.
“Walau PSKT masih membukukan kerugian, tetapi sejak tahun 2020, perseroan sebenarnya sedang mengalami perbaikan kinerja dan terus secara konsisten mengurangi nilai negatif pada laba bersihnya,” tuturnya kepada Bisnis.
Frankie mengatakan sektor perhotelan masih memiliki prospek cerah ke depannya. Perkiraan ini seiring melonjaknya antusias masyarakat untuk melakukan perjalanan, setelah Covid-19. Selain itu, inflasi yang stabil dan daya beli masyarakat yang membaik juga menjadi faktor penopang.