Bisnis.com, JAKARTA – Emiten di bidang energi baru dan terbarukan, yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) resmi masuk ke dalam indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell dalam rebalancing periode September 2023.
FTSE Global Equity Index Series diketahui melakukan rebalancing atau penyesuaian daftar penghuni dalam semi-annual review September 2023. Dalam index ini terdapat beberapa emiten Indonesia yang masuk ke dalam portofolio FTSE, salah satunya PGEO.
Pjs Manager Investor Relation Pertamina Geothermal Energy Lufan Nassya Faswara menyampaikan masuknya PGEO ke dalam indeks FTSE telah membuktikan bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat.
“Masuknya PGEO ke dalam portofolio FTSE membuktikan bahwa Perseroan memiliki fundamental yang kuat serta likuiditas yang tinggi. Pengakuan ini tentunya menjadi bukti reputasi baik PGEO,” kata Lufan dalam keterangan tertulis, Rabu (22/8/2023).
Pengakuan ini pun membuat PGEO semakin berambisi meraih target menjadi 1 gigawatt (GW) pada 2025. Untuk mewujudkan hal ini, perseroan akan melakukan pengembangan dan optimalisasi pengerjaan di sejumlah wilayah kerja panas bumi (WKP) yang dimiliki.
Saat ini, PGEO sedang melakukan pengembangan Proyek Lumut Balai Unit 2 (55 MW), Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), serta implementasi co-generation di beberapa area lainnya.
Baca Juga
Untuk Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas 1x55 megawatt (MW), Lufan menyampaikan bahwa saat ini sedang dalam fase review engineering yang dilakukan secara intensif, persiapan konstruksi fasilitas produksi, aktivitas test piling, dan GPP Earthwork.
Adapun untuk Hululais Unit 1 dan 2 sedang dilakukan proses pembebasan lahan tambahan untuk fasilitas produksi. Selain itu, PGE juga sedang melakukan lokakarya dengan PLN untuk menyelaraskan rencana commercial operation date (COD).
Setelah pengakuan FTSE ini, PGEO akan merealisasikan komitmen untuk menjadi world class green energy company melalui ekspansi global. Langkah awal untuk tahap awal ekspansi global itu sudah ditandai dengan adanya kontrak kerja sama strategis antara PGEO dan Kenya.
Sebelumnya, Direktur Utama PGEO Julfi Hadi mengatakan bahwa ekspansi pasar internasional menjadi ambisi perseroan untuk menjadi perusahaan energi hijau dunia. Saat ini, PGEO juga telah memetakan target pasar yang akan dibidik.
“Saat ini beberapa negara sudah menjadi target pasar kami, mulai dari Afrika, Eropa, maupun Asia,” ujarnya baru-baru ini.
Sebagai tahap awal, PGEO akan menjajaki pengembangan bisnis dengan Kenya. Negara yang berada di kawasan Afrika Timur ini dinilai memiliki pertumbuhan ekonomi cukup stabil dan keamanan yang terus membaik.
Menurut Julfi, kedua hal tersebut dapat menjadi peluang bisnis yang positif bagi Pertamina Geothermal untuk melakukan ekspansi bisnis secara global.
Kenya merupakan negara terdepan di Afrika dalam pengembangan panas bumi dengan kapasitas terpasang 865 MW dan berada di posisi ke-7 dalam peringkat global. Pada 2030, Kenya menargetkan 5.530 MW total kapasitas terpasang dan total potensi panas bumi 7 GW.
Dengan target sebesar itu, Kenya berambisi menjadikan panas bumi sebagai sumber energi bersih pada 2030. Selain itu, Pemerintah Kenya juga memiliki kebijakan untuk meningkatkan jumlah tenaga panas bumi secara signifikan karena bersifat alami, mampu memenuhi beban listrik dasar (base load), ramah lingkungan, dan hemat biaya.