Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kilas Komoditas Sepekan, Minyak Mengganas, Emas Loyo Tertekan Dolar AS

Harga minyak mencatat reli penguatan mingguan terpanjang sejak Juni 2022, sedangkan harga gas alam menguat. Di sisi lain, harga emas melemah sepanjang pekan.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas utama  global bergerak variatif sepanjang pekan ini. Minyak mentah mencatat reli penguatan terpanjang sejak Juni 2022. Di sisi lain, harga emas melemah tertekan penguatan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup menguat 0,45 persen ke level US$83,1 per barel pada perdagangan Jumat (11/8/2023). Sepanjang pekan ini, harga minyak WTI membukukan penguatan 0,45 persen, kenaikan mingguan tujuh pekan berturut-turut.

Sementara itu, harga minyak Brent ditutup menguat 0,47 persen ke US$86,81 per barel dan telah menguat 0,56 persen sepanjang pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Sabtu (12/8/2023), salah satu proyeksi bullish pada harga minyak adalah laporan bulanan International Energy Agency (IEA) pada Jumat yang mengatakan permintaan minyak dunia melonjak ke posisi rekor pada Juni 2023 dan mungkin melonjak lebih tinggi pada Agustus di tengah konsumsi China yang kuat.

Pada bagian lain, laporan bulanan OPEC pada Kamis (10/8/2023) memperkirakan pasar akan mengalami defisit pasokan yang tajam lebih dari 2 juta barel per hari pada kuartal ini.

Sementara itu, kekhawatiran pasokan yang mendorong reli minyak sejak akhir Juni masih belum mereda. Pelaku pasar mengamati dengan cermat potensi gangguan ekspor Rusia di Laut Hitam setelah eskalasi perang dengan Ukraina baru-baru ini. Pada Selasa (8/8/2023), pemimpin OPEC Arab Saudi menegaskan kembali komitmennya untuk secara sukarela mengekang pasokan bulan depan.

Harga minyak telah menguat sejak akhir Juni karena pemangkasan produksi Arab Saudi, dibantu oleh pembatasan ekspor dari sekutu OPEC+, Rusia. Pelaku pasar juga terus memantau prospek ekonomi yang lebih luas, karena dampak dari siklus kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve terus mengguncang pasar.

Kendati demikian, JPMorgan Chase & Co. mengatakan pada Jumat bahwa harga minyak dapat mencapai US$90 per barel pada September 2023.

“Kami yakin harga akan terus naik dari sini menuju US$90 [mengacu pada Brent], pengukur pasar utama menunjuk ke pasar fisik yang mengetat dengan cepat," tulis analis JPMorgan Natasha Kaneva.

Emas

Di sisi lain, harga emas melemah sepanjang pekan ini, tertekan penguatan dolar AS menyusul data inflasi AS yang semakin melandai. Harga emas di pasar spot menguat 0,08 persen ke US$1.913,53 per troy ounce. Dalam sepekan, harga emas melemah 1,45 persen.

Adapun harga emas berjangka Comex melemah 0,16 persen ke US$1.945,70 per troy ounce pada Jumat. Sepanjang pekan ini, emas berjangka terkoreksi 1,64 persen.

Harga emas terus meleamh sepanjang pekan menyusul penguatan indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun. Indeks dolar AS menguat 0,32 persen ke 102,85 pada Jumat, sedangkan imbal hasil obligasi Treasury tenor 10 tahun naik 0,00439 poin ke 4,154 persen.

Direktur pelaksana Metals Focus Philip Newman mengatakan pelaku pasar cenderung fokus terhadap ekspektasi suku bunga The Fed, sehingga harga emas masih terjaga dalam kisaran level US$1.900

"Investor sangat fokus pada elemen ekspektasi suku bunga, bukan pada tingkat suku bunga yang sebenarnya, karena pesan konsisten The Fed bahwa mereka tidak akan menurunkan suku bunga dan penurunan suku bunga apapun telah ditunda hingga tahun 2024," ungkap Newman seperti dilansir Reuters, Sabtu (12/8).

Inflasi  AS pada Juli 2023 kembali mendingin sehingga mendorong The Fed untuk menjinakkan tekanan harga tanpa memicu resesi. Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS indeks harga konsumen (IHK) naik 3,2 persen pada bulan lalu secara tahunan (year-on-year/yoy). Jika dibandingkan dengan Juni 2023, inflasi pada Juli 2023 naik 0,2 persen.

Adapun IHK ini, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi naik 0,2 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) , dan 4,7 persen yoy.

Gas Alam

Sementara itu, harga gas alam Eropa membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Juni 2023 di tengah kekhawatiran kemampuan Benua Biru tersebut untuk mengamankan pasokan yang cukup menjelang musim dingin.

Harga gas alam berjangka ditutup menguat 0,67 persen ke US$2,7814 per MMBtu pada Jumat, setelah mencapai level tertinggi sejak Juni pada hari Rabu. Sepanjang pekan, harga gas alam menguat 7,8 persen.

Melansir Bloomberg, para pelaku pasar menunggu berita mengenai potensi penghentian pasokan dari tiga fasilitas gas alam cair utama di Australia, yang mengancam akan mengganggu sekitar 10 persen ekspor gas alam cair (LNG) global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper