Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) membukukan penurunan pendapatan pada semester I/2023. KRAS pun mencatatkan rugi bersih dari sebelumnya laba.
Krakatau Steel mencatatkan pendapatan U$984,63 juta per Juni 2023. Pendapatan bersih KRAS turun 25,48 persen year on year (yoy) dari US$1,33 miliar per semester I/2022.
Beban pokok pendapatan KRAS turun menjadi US$906,57 juta dari sebelumnya US$1,20 miliar. Namun, laba bruto KRAS tergerus menjadi US$78,05 juta pada semester I/2023 dibandingkan dengan sebelumnya US$131,21 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menyampaikan pada semester I/2023 pendapatan KRAS US$984,63 juta setara dengan Rp14,77 triliun. EBITDA Krakatau Steel tercatat sebesar US$26,93 juta atau setara Rp403,98 miliar.
“Dari sisi posisi keuangan total aset KRAS adalah sebesar US$3,02 miliar atau setara Rp45,33 triliun. Krakatau Steel juga mencatatkan peningkatan ekuitas 9 persen menjadi sebesar USD601,25 juta atau setara dengan Rp9,02 triliun dibandingkan periode Desember 2022 sebesar USD552,59 juta atau setara dengan Rp8,62 triliun,” jelasnya dalam siaran pers, Selasa (1/8/2023).
Krakatau Steel mencatatkan rugi bersih per semester I/2023 sebesar US$37,39 juta atau setara dengan Rp560,88 miliar. Selain pendapatan yang menurun, KRAS masih memiliki sejumlah beban.
Baca Juga
"Hal ini [rugi bersih] terjadi karena perseroan masih memiliki beban keuangan yang cukup tinggi yaitu, sebesar US$59,33 juta atau setara dengan Rp889,89 miliar serta terdapat rugi atas selisih kurs sebesar US$17,77 juta atau setara dengan Rp266,52 miliar," kata Purwono Widodo.
Purwono melanjutkan bahwa di semester I/2023 subholding PT Krakatau Sarana Infrastruktur memberikan kontribusi laba sebesar US$20 juta meningkat 105 persen dari sebelumnya sebesar US$10 juta di periode yang sama tahun 2022. Subholding PT Krakatau Baja Konstruksi juga memberikan laba bersih sebesar US$3 juta.
Disisi lain, KRAS juga berhasil menurunkan hutang berbunga (Interest Bearing Debt) dari semula US$1,73 miliar atau setara Rp26,96 triliun pada Desember 2022 menjadi sebesar US$1,48 miliar atau setara Rp22,16 triliun karena adanya pembayaran pokok Tranche A dan sebagian Tranche B US$240 juta.
“Selain beban hutang yang berkurang, kami berkomitmen untuk dapat terus mendorong tercapainya peningkatan kinerja perusahaan maupun subholding melalui penguatan pengembangan bisnis agar dapat memberikan kontribusi positif bagi pencapaian kinerja Krakatau Steel dan Group,” imbuh Purwono.