Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp15.033 Jelang FOMC The Fed

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah ke Level Rp15.033 pada perdagangan hari ini, Senin (24/7/2023), jelang rapat FOMC The Fed.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.033 pada perdagangan hari ini, Senin, (24/7/2023), jelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang akan dilaksanakan pada 25-26 Juli 2023.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Senin, (24/7/2023) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka lanjut melemah 0,04 persen ke level Rp15.033 per dolar AS, setelah ditutup melemah di level Rp15.027 pada perdagangan pekan lalu.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah tipis 0,01 persen ke posisi 101,06 pada pagi ini.

Adapun, beberapa mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap dolar AS di antaranya yakni ringgit Malaysia melemah 0,26 persen, baht Thailand melemah 0,20 persen, won Korea melemah 0,11 persen, dolar Singapura melemah 0,01 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,37 persen.

Sedangkan mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS yaitu yen Jepang menguat 0,25 persen, rupee India menguat 0,04 persen, dan yuan China menguat 0,01 persen.

Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan pergerakan rupiah pekan ini diprediksi masih akan terkonsolidasi cenderung melemah jelang pertemuan Bank Sentral AS Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25-26 Juli 2023.

Menurutnya, pasar mengantisipasi hasil rapat kebijakan moneter yang akan dirilis 27 Juli dini hari. Menurut survei CME, probabilitas hampir 100 persen The Fed akan menaikan suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,50 persen.

"Pasar bisa berperilaku wait and see dan tidak berani berspekulasi terlalu besar. Nilai tukar rupiah bisa saja berkonsolidasi menjelang hasil rapat tersebut dengan kecenderungan melemah karena mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed," kata Ariston kepada Bisnis, dikutip Minggu, (23/7/2023).

Dia mengatakan tingkat inflasi AS pada Juni memang melandai, namun belum menyentuh target 2 persen. Terlebih, menurutnya beberapa data ekonomi AS masih mengindikasikan daya beli masyarakat AS masih tinggi sehingga bisa menaikan inflasi lagi.

Selain itu, dia mengatakan data yang masih menjadi sorotan pasar ke depan adalah data PDB AS kuartal II/2023 dan data pesanan barang tahan lama (US Durable Goods Orders) yang akan diumumkan 27 Juli 2023.

Di lain sisi, Departemen Tenaga kerja AS melaporkan jumlah warga yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran baru turun 9.000 ke 228.000 pekan lalu. Sementara itu, klaim pengangguran lanjutan naik 33.000 ke level 1,754 juta.

"Potensi konsolidasi menjelang hasil The Fed di sekitar Rp14.950-Rp15.080. Setelah itu, bila The Fed memberikan isyarat akan segera menghentikan kebijakan suku bunga tinggi, rupiah mungkin bisa beralih menguat ke arah Rp14.900, dan sebaliknya," pungkas Ariston.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper