Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level 8.000 pada momen HUT ke-80 RI tahun ini. Namun, hingga penutupan perdagangan Jumat (8/8/2025), IHSG parkir di level 7.533,38 setelah menguat 0,58% atau 43,20 poin.
Berdasarkan data statistik BEI per Kamis (7/8/2025), emiten-emiten bank tercatat sebagai kontributor utama yang membebani laju IHSG sepanjang tahun berjalan. Sehari sebelumnya, indeks ditutup melemah 0,18% ke posisi 7.490,18.
Tiga saham bank besar yang menjadi penghambat utama penguatan IHSG secara year to date (YtD) adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Ketiganya berkontribusi menekan IHSG masing-masing sebesar 91,32 poin, 90,49 poin, dan 57,14 poin.
Pada penutupan perdagangan Jumat (8/8), BBCA stagnan di posisi Rp8.300 per saham dan telah terkoreksi 14,21% sepanjang tahun. BMRI ditutup melemah 0,21% ke Rp4.670, dan telah anjlok 31,32% secara YtD. Sementara itu, BBRI turun 0,27% ke Rp3.700, dengan pelemahan tahunan sebesar 9,31%.
Menurut Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, tekanan terhadap saham-saham bank besar tersebut dipicu oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah kebijakan suku bunga tinggi yang berimbas pada laju pertumbuhan kredit.
"Hal ini berdampak pada tren perlambatan pertumbuhan kredit. Per Juni 2025 penyaluran kredit tumbuh 7,77% year on year (YoY), atau turun dari awal tahun yang masih tumbuh 10% YoY," kata Oktavianus kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).
Baca Juga
Selain itu, tekanan terhadap kinerja fundamental juga turut membebani. Sepanjang semester I/2025, laba bersih BBCA tumbuh 8% YoY menjadi Rp29 triliun. Di sisi lain, BRI mencatatkan kontraksi laba sebesar 11,53% YoY menjadi Rp26,28 triliun.
BMRI pun tak luput dari tekanan, dengan pertumbuhan laba bersih tipis sebesar 0,1% YoY menjadi Rp19,7 triliun hingga Mei 2025.
"Terlihat juga hanya BBCA yang memiliki pertumbuhan kredit dobel digit atau 12,9% YoY dan lainnya single digit. Ini menunjukkan demand yang tough dan juga terlihat NIM yang menurun," ujarnya.
Meski saham-saham perbankan belum memberikan dorongan signifikan terhadap IHSG, Oktavianus menilai prospeknya masih menarik, terutama dengan potensi pemangkasan suku bunga yang terbuka hingga akhir tahun.
Dia menambahkan bahwa faktor lain seperti daya beli yang masih terjaga, stabilitas geopolitik global, serta terbatasnya dampak kebijakan tarif AS juga mendukung prospek saham perbankan.
"Selain itu, ekonomi makro dalam negeri masih solid dengan pertumbuhan PDB di atas 5%. Nilai rupiah juga menguat hingga faktor konsumsi yang masih resilient," pungkasnya.
Kiwoom Sekuritas pun tetap merekomendasikan pembelian saham bank besar. BBCA direkomendasikan beli dengan target harga Rp9.250, BBRI Rp4.350, dan BMRI Rp6.300.
Sementara itu, OCBC Sekuritas memproyeksikan laba bersih BBCA pada akhir 2025 akan mencapai Rp57,84 triliun, dengan pendapatan bunga bersih sebesar Rp88,28 triliun. Proyeksi untuk 2026 menunjukkan pertumbuhan lebih lanjut menjadi Rp60,25 triliun dan Rp93,97 triliun.
"NIM stabil, namun biaya kredit berpotensi meningkat. Kami mempertahankan asumsi pertumbuhan kredit BBCA sebesar 8% YoY di 2025, sejalan dengan pelonggaran moneter, kebijakan fiskal ekspansif, dan pemulihan ekonomi. Kami melihat ekspansi kredit akan berlanjut, terutama pada kredit investasi dan modal kerja dari segmen korporasi," tulis riset tersebut, dikutip Jumat (8/8/2025).
OCBC Sekuritas tetap optimistis terhadap BBCA dengan mempertimbangkan sejumlah faktor pendukung, mulai dari pertumbuhan kredit yang solid, likuiditas dan permodalan yang kuat, prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, hingga efisiensi operasional dan penguatan layanan digital.
Namun, mereka juga mencatat sejumlah risiko seperti pertumbuhan kredit dan NIM yang di bawah ekspektasi, suku bunga tinggi berkepanjangan, tekanan inflasi terhadap daya beli, depresiasi rupiah, pelemahan harga komoditas, hingga potensi memburuknya kualitas aset.
OCBC Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk BBCA dengan target harga Rp11.000 per saham.
Berdasarkan data Bloomberg Terminal, sebanyak 34 analis atau 91,9% menyarankan beli untuk saham BBCA, sementara 3 analis (8,1%) menyarankan hold. Target harga BBCA dalam 12 bulan ke depan berada di Rp10.991, dengan potensi pengembalian 32,4%.
Untuk saham BBRI, 30 analis merekomendasikan beli, 8 menyarankan hold, dan 1 menyarankan jual. Target harga BBRI berada di Rp4.614, mencerminkan potensi pengembalian 24,4%.
Adapun saham BMRI mendapat rekomendasi beli dari 32 analis, 2 menyarankan hold, dan 3 menyarankan jual, dengan target harga 12 bulan sebesar Rp6.337 atau potensi pengembalian sebesar 35,4%.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.