Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Penerbitan Obligasi Semester II/2023, Mana yang Paling Diminati?

Maraknya penerbitan obligasi hingga akhir tahun 2023 itu dipicu oleh cerahnya prospek obligasi pada paruh kedua tahun ini.
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan obligasi diperkirakan meningkat pada semester II/2023. Maraknya penerbitan obligasi hingga akhir tahun 2023 itu dipicu oleh cerahnya prospek obligasi pada paruh kedua tahun ini.

Head of Fixed Income Fikri Syuhada menilai, masyarakat yang berminat untuk berinvestasi secara langsung cenderung akan lebih menyukai produk obligasi milik pemerintah.

Tingginya minat masyarakat terhadap obligasi negara dapat dilihat dari meningkatnya penerbitan Obligasi Negara Retail (ORI) selama beberapa waktu ke belakang.

Menurutnya, penerbitan ORI yang menjangkau gerai-gerai online menjadi salah satu alasan mengapa jenis obligasi tersebut lebih diminati oleh masyarakat dibandingkan dengan obligasi korporasi.

Meningkatnya minat masyarakat terhadap ORI bahkan mengharuskan pemerintah untuk merevisi naik target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) seri ORI023 menjadi Rp25 triliun dari jumlah semula sebesar Rp20 triliun.

"Selain itu, ORI disukai karena nominal investasinya relatif kecil dibandingkan dengan obligasi korporasi yang relatif memiliki pecahan dengan nominal besar," jelasnya ketika dihubungi Bisnis, Senin (17/7/2023).

Adapun, Fikri menilai bahwa preferensi masyarakat terhadap pemilihan jenis obligasi akan sangat bervariasi. Setidaknya terdapat empat faktor yang menjadi acuan para investor sebelum memantapkan hati pada jenis obligasi pilihannya.

Faktor pertama ialah tujuan investasi. Faktor ini berhubungan dengan hal apa yang ingin diraih oleh para investor melalui investasi yang dijalankannya.

Bagi mereka yang mengutamakan keamanan dan penghasilan tetap atau fixed income, maka sebaiknya memilih Surat Utang Negara (SUN)/sukuk negara yang memiliki risiko kredit yang lebih rendah dari obligasi korporasi.

Sedangkan bagi investor yang berinvestasi untuk mendapatkan tingkat pengembalian atau yield yang lebih tinggi, maka sebaiknya dapat memilih obligasi korporasi yang memang menawarkan lebih banyak pengembalian dibanding obligasi negara.

Faktor selanjutnya adalah profil risiko. Fikri membenarkan bahwa setiap jenis obligasi memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi risiko.

Jika dilihat dari segi risiko pasar, Fikri membenarkan bahwa obligasi korporasi lebih rendah fluktuasi harganya. Namun jika ingin membeli obligasi dengan risiko kredit yang lebih rendah, maka investor sebaiknya memilih obligasi pemerintah yang cenderung lebih aman dan dapat memberikan penghasilan tetap atau fixed income.

Faktor ketiga adalah tingkat suku bunga, di mana obligasi korporasi memiliki tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah meski memiliki tenor yang sama.

Sementara faktor keempat yang perlu dijadikan acuan oleh investor sebelum memilih jenis obligasi ialah waktu jatuh tempo. Biasanya, obligasi korporasi memiliki waktu jatuh tempo yang lebih pendek dari obligasi milik pemerintah, yakni hanya dalam jangka waktu 1-5 tahun.

Senada, CEO Pinnacle Guntur Putra membenarkan bahwa pemilihan waktu jatuh tempo menjadi salah satu hal yang harus dipertimbangkan oleh para investor. Tenor atau jangka atau lama waktu untuk melunaskan pinjaman atau cicilan itu, juga harus disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko dari masing-masing investor.

Guntur menilai bahwa seri tenor yang lebih pendek akan lebih cocok bagi para investor yang mencari likuiditas serta perlindungan dari perubahan suku bunga. Sedangkan bagi investor yang mengincar penawaran pengembalian yang lebih tinggi, maka mereka cocok untuk memilih seri tenor yang lebih panjang.

Namun demikian, Guntur mengingatkan bahwa kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar itu berjalan beriringan dengan risiko yang lebih tinggi yang disebabkan oleh masing-masing jenis obligasi.

"Seri tenor yang menarik dalam kedua jenis surat utang tersebut akan tergantung pada preferensi investor dan kondisi pasar saat ini," ujarnya kepada Bisnis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper