Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang RI Surplus, Rupiah Justru Melemah 0,36 Persen ke Rp15.013

Rupiah ditutup melemah ke Rp15.013 pada perdagangan Senin (17/7/2023) usai BPS umumkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,45 miliar.
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang BNI di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang BNI di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Senin (17/7/2023) usai Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$3,45 miliar pada Juni 2023.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,36 persen atau turun 54 poin sehingga parkir di Rp15.013 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar melemah 0,08 persen atau turun 0,07 poin ke 99,52.

Di kawasan Asia Pasifik, mata uang bergerak variatif dengan kenaikan tertinggi dialami yen Jepang yang menguat 0,18 persen. Dolar Singapura juga menguat tipis 0,01 persen.

Sementara itu, pelemahan terdalam dialami ringgit Malaysia sebesar 0,53 persen dan yuan China melemah 0,44 persen. Won Korea Selatan juga menemani rupiah di zona merah dengan pelemahan 0,07 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset menyebutkan pelemahan indeks dolar terjadi di tengah sentimen pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan akhir Juli ini. Namun pasar juga mengantisipasi jeda yang diperpanjang dalam siklus kenaikan suku bunga Fed, mengingat pembacaan inflasi yang lemah dari minggu lalu.

“Namun, dengan inflasi inti AS tetap tinggi, pasar tetap tidak yakin apakah bank sentral akan memberi sinyal jeda. Pejabat Fed juga menawarkan isyarat beragam tentang kenaikan suku bunga di masa depan,” tulis Ibrahim, Senin (17/7/2023).

Di Asia, PDB China tumbuh 6,3 persen pada kuartal kedua secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh basis yang lebih rendah untuk perbandingan dari periode yang terkena dampak Covid-19 tahun lalu. Pertumbuhan ini juga berada di bawah ekspektasi pertumbuhan sebesar 7,3 persen.

Data terkini memperkuat sinyal bahwa China sedang berjuang untuk mempertahankan momentum ekonomi yang kuat yang terlihat pada kuartal pertama. Pemerintah China kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung pertumbuhan dalam beberapa bulan mendatang.

Di Eropa, Bank Sentral Eropa secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi minggu depan, dengan tingkat inflasi di Jerman, ekonomi terbesar di euro, naik pada Juni menjadi 6,8 persen pada tahun ini.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$3,45 miliar pada Juni 2023. Nilai ekspor pada Juni 2023 mencapai US$20,61 miliar atau turun 5,08 persen dibandingkan dengan Mei 2023. Sedangkan nilai impor pada Juni 2023 mencapai US$17,15 miliar atau turun 19,4 persen dibandingkan dengan Mei 2023.

Neraca perdagangan di Juni 2023 terjadi surplus, sesuai dengan ekspektasi para analis walaupun surplusnya tidak terlalu besar hanya senilai US$1,33 miliar. Surplus ini meningkat dari US$440 juta pada Mei 2023,” tulisnya. miliar pada mei 2023 meskipun tetap dibawah tren dua tahun terakhir.

Penurunan ekspor pada Juni 2023 tidak terlepas dari penurunan harga tahunan batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil). Kemudian penurunan aktivitas manufaktur China yang terlihat dari nilai ekspor China dalam dolar AS yang mengalami penurunan signifikan sebesar 12,4 persen secara tahunan dan impor yang menurun 6,8 persen secara tahunan turut berimbas pada kinerja dagang Indonesia.

Dengan melihat sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif pada perdagangan besok, tetapi kembali ditutup melemah di rentang Rp14.930—Rp15.070 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper