Bisnis.com, JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) sampai dengan Juni 2023 meraup kontrak baru senilai Rp14 triliun. Kontrak yang diperoleh emiten BUMN Karya ini melonjak 20 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yakni Rp11, triliun.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto mengatakan beberapa kontrak baru tersebut, antara lain proyek perkeretaapian North-South Commuter Railway CP S-01 di Filipina, Bendungan Cibeet di Jawa Barat, dan Jalan Tol Akses Patimban.
“Raihan kontrak baru ADHI tersebut masih sesuai rencana terhadap target 2023 sebesar Rp27 triliun, atau tumbuh kurang lebih 10 persen sampai dengan 15 persen dibandingkan dengan capaian tahun 2022,” ujar Farid kepada Bisnis, Jumat (14/7/2023).
Sampai dengan akhir Juni lalu, Farid memerinci kontribusi per lini bisnis perseroan dari kontrak baru tersebut didominasi oleh lini engineering & construction sebesar 92 persen, properti mencapai 3 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lain.
Sementara itu, berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri atas proyek jalan dan jembatan sebesar 58 persen, sumber daya air 12 persen, gedung 11 persen, perkeretaapian 11 persen, precast 3 persen, properti 3 persen, serta proyek infrastruktur lainnya.
Farid menyampaikan bahwa berdasarkan sumber pendanaan, realisasi kontrak baru ADHI dari pemerintah mencapai 28 persen, BUMN dan BUMD sebesar 15 persen, sementara pihak swasta dan lainnya berkontribusi 57 persen.
Baca Juga
Sebelumnya, emiten BUMN Karya lainnya, yakni PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) melaporkan perolehan kontrak baru hingga Juni 2023 sebesar Rp11,62 triliun. Capaian ini melonjak 6,31 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp10,93 triliun.
Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengatakan perolehan kontrak baru tersebut didominasi oleh proyek-proyek pemerintah dengan kontribusi 45,67 persen, disusul BUMN (SOE) sebesar 27,7 persen dan swasta menyumbang 27,06 persen.
Secara rinci, perolehan proyek PTPP hingga akhir Juni 2023 terdiri atas induk usaha sebesar 85,10 persen dan anak usaha mencapai 14,90 persen.
Berdasarkan lini bisnis perusahaan, komposisi perolehan kontrak baru PTPP terdiri dari lini bisnis gedung 34,8 persen, jalan dan jembatan 24,6 persen, serta perkeretaapian 11,7 persen.
Selain itu, lini bisnis bendungan berkontribusi sebesar 9,7 persen, pelabuhan 8,5 persen, industri 7,4 persen, irigasi 2,1 persen, serta minyak dan gas sebesar 1,1 persen.
PTPP juga telah menggenggam delapan proyek IKN dengan total nilai kontrak sebesar Rp4,15 triliun sampai dengan akhir Juni 2023.
Kendati meraih pertumbuhan kontrak baru, kinerja dua emiten pelat merah ini masih melemah di lantai bursa. Sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (ytd), saham ADHI parkir di zona merah dengan penurunan 0,83 persen, sementara PTPP terkoreksi 12,59 persen.
Saat artikel ini ditulis, saham ADHI bertengger di level Rp480 dengan perolehan kapitalisasi pasar atau market cap senilai Rp4,04 triliun. Adapun saham PTPP bercokol di harga Rp625 dengan kapitalisasi sebesar RpRp3,87 triliun.