Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street melonjak pada akhir perdagangan Rabu (12/7/2023) seiring dengan melandainya inflasi AS yang menekan sentimen hawkish The Fed terkait prospek kenaikan suku bunga ke depannya.
Saham naik, dipimpin oleh Nasdaq Composite, dan imbal hasil obligasi turun setelah data inflasi untuk Juni datang lebih dingin dari perkiraan Wall Street, mengutip Wall Street Journal.
Data inflasi terbaru menunjukkan bahwa indeks harga konsumen naik 3 persen pada Juni 2023, laju tahunan paling lambat dalam lebih dari dua tahun. Inflasi inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi, naik 0,2 persen dari bulan Mei. Ekonom mengharapkan kenaikan 0,3 perseen.
Data inflasi merupakan faktor kunci dalam pengambilan keputusan The Fed bulan depan dan seterusnya, dengan investor semakin bertaruh pada kekuatan ekonomi yang berkelanjutan. Pertemuan The Fed berikutnya ditetapkan untuk akhir bulan ini.
"Kenaikan di bulan Juli cukup banyak diperkirakan," kata ahli strategi Deutsche Bank Jim Reid. Pedagang derivatif suku bunga bertaruh bahwa kenaikan suku bunga Juli mungkin adalah yang terakhir dari The Fed.
S&P 500, Dow Jones, dan Nasdaq Composite semuanya naik lebih tinggi, meskipun jauh dari level tertinggi pagi saat data inflasi baru dirilis.
Baca Juga
Nasdaq naik 1,15 persen mennadi 13.918,96, S&P 500 naik 0,74 persen ke level 4.472,16, dan Dow Jones naik 0,25 persen menuju 34.347,43.
Ekonom Bloomberg Anna Wong dan Jonathan Church mengatakan data inflasi AS yang lemah pada bulan Juni dapat menjadi sangat penting dalam membentuk ekspektasi inflasi dalam beberapa bulan mendatang.
"Bahkan laju bulanan IHK inti yang bebas dari efek dasar akan menjadi yang paling lambat sejak 2021," kata mereka.
Meskipun inflasi melandai, kenaikan inflasi inti masih berjalan dengan kecepatan yang membuat The Fed cenderung untuk melanjutkan kenaikan suku bunga bulan ini. Perkiraan kenaikan inflasi inti sebesar 5 persen yoy masih lebih dari dua kali lipat target the Fed untuk laju inflasi secara keseluruhan.