Bisnis.com, JAKARTA — Calon emiten TIC PT Mutuagung Lestari Tbk. (MUTU) atau Mutu International menargetkan lima pembangunan laboratorium baru dengan masing-masing investasi sebesar Rp5 miliar.
Direktur Keuangan Mutu International Sumarna mengatakan saat ini capex yang disediakan untuk pembangunan laboratorium tersebut sebesar Rp13,8 miliar. Sebagian dana yang digunakan akan menggunakan dana IPO sementara sebagian lagi menggunakan dana kas MUTU.
“Pembangunan pabrik sudah sebagian dilakukan menggunakan dana perseroan, kalau tunggu dana IPO kelamaan,” katanya kepada wartawan, Kamis (13/7/2023).
Selain menargetkan lima laboratorium baru, MUTU juga menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 30 persen sepanjang 2023.
Berdasarkan data prospektus, pendapatan MUTU mencapai Rp281,82 miliar di tahun 2022, naik sekitar 24,47 persen dibandingkan tahun 2021 yang tercatat Rp226,41 miliar. Laba tahun berjalan MUTU di tahun 2022 juga melonjak 90,38 persen menjadi Rp36,78 miliar, dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp19,32 miliar.
Selain itu, penjualan per segmen produk yang dihasilkan MUTU juga bertumbuh. Sepanjang tahun 2022 dibandingkan 2021, penjualan dari segmen Pengujian meningkat 32,46 persen, segmen Inspeksi naik 15,96 persen, dan segmen Sertifikasi 3,10 persen.
Baca Juga
Optimisme tersebut dibangun berdasarkan keyakinan peluang market share saat ini yang disebut masih terbuka lebar. Sumarna mengatakan saat ini pasar industri TIC berada di level Rp20 triliun, sementara MUTU baru meraup sekitar Rp218 miliar.
Direktur MUTU International Irham Budiman mengatakan MUTU berpeluang besar memanfaatkan perkembangan pasar karbon karena potensinya sangat besar. Nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan mencapai Rp8.400 triliun.
Ke depan, sektor inilah yang akan terus dikembangkan oleh MUTU, termasuk mempersiapkan skema untuk masuk ke dalam ekosistemnya, karena saat ini tren green economy tidak hanya sebatas gas rumah kaca (GRK), melainkan juga berkembang memasuki ekonomi sirkular seperti water footprint, plastik dan lain-lain.
“Kalau kita lihat saat ini mulai tren tentang verifikasi dan validasi gas rumah kaca, kemudian ada pajak karbon, dan yang terbaru yaitu bursa karbon yang baru akan diluncurkan di akhir kuartal ketiga tahun ini. Namun, sebelum tren tersebut masuk ke Indonesia, MUTU sudah terlebih dahulu masuk ke sektor ini sejak tahun 2015,” katanya.
Sebelumnya, MUTU berencana melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan melepas 942.857.200 lembar saham atau maksimal 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh MUTU.
Saham MUTU akan ditawarkan dalam rentang harga Rp105 hingga Rp110 per saham. Dengan demikian, Perseroan diproyeksikan akan memperoleh dana segar antara Rp99 miliar hingga Rp103,71 miliar.
Bersamaan dengan penawaran umum saham, Perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 235.714.300 Waran Seri I senilai Rp76,37 miliar dengan rasio 4 berbanding 1. Setiap pemegang empat saham baru akan memperoleh satu waran dengan harga pelaksanaan Rp324 selama periode 9 Februari 2024 – 8 Agustus 2025.