Bisnis.com, JAKARTA — Mirae Asset Sekuritas merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir 2023 menjadi ke level 7.600 dari semula di level 7.700.
Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina mengatakan perevisian target IHSG dari Mirae dilakukan setelah pemerintah mencabut status pandemi Covid-19 di Indonesia serta naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.
Martha menilai bahwa IHSG masih berpeluang untuk kembali menguat pada paruh kedua 2023.
Pada paruh kedua tahun ini, ujarnya, diperkirakan IHSG akan menguat karena beberapa faktor seperti tingginya investasi asing langsung, potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat karena jumlah hari libur yang lebih sedikit, hingga potensi kenaikan harga komoditas pertanian.
“Di angka 7.600 ini sebenarnya bursa atau IHSG masih sangat menarik. Dibandingkan dengan indeks-indeks lainnya di negara berkembang, kita sebenarnya termasuk murah dan yang termasuk atraktif,” katanya dalam Media Day: July 2023 - Unlocking Investment and Goodness Sharing Opportunities in 2H2023, Senin (10/7/2023).
Adapun pada Juli 2023, saham pilihan Mirae adalah saham-saham yang bergerak di sektor konsumen, otomotif, telekomunikasi, kesehatan, hingga energi.
Baca Juga
Delapan saham yang menjadi pilihan Mirae antara lain adalah PT AKR Corporindo (AKRA), PT Astra Internasional (ASII), PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), PT XL Axiata Tbk. (EXCL), PT Erajaya Swasembada (ERAA), PT Mitra Pinasthika Mustika (MPMX), PT Prodia Widyahusada (PRDA), dan PT Telkom Indonesia Persero (TLKM).
Sebelumnya, Mirae menargetkan IHSG berada di level 7.880 hingga akhir tahun. Target tersebut masih tetap sampai saat ini, mengingat solidnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022.
Mirae saat itu berpendapat bahwa peluang resesi Indonesia sangat kecil. Probabilitasnya hanya 5 persen dibandingkan dengan negara maju yang sudah mencapai 60 persen.
Selain pertumbuhan ekonomi, Mirae menyebut bahwa data-data ekonomi sejauh ini juga masih relatif baik. Inflasi inti masih terjaga di level 2 persen hingga–4 persen dan inflasi juga masih cenderung stabil. Kemudian, surplus neraca perdagangan yang masih berlanjut dengan ekspor masih naik.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.