Bisnis.com, JAKARTA — Mirae Asset Sekuritas tetap memasang target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 7.850 hingga akhir 2023. RUU pagu utang yang disahkan oleh DPR AS, dan juga arah kebijakan suku bunga the Fed menjadi sentimen yang akan mempengaruhi IHSG hingga akhir tahun.
Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mengatakan para pelaku pasar sudah tidak mengkhawatirkan potensi gagal bayar dari pagu utang AS. Namun, pasar masih khawatir akan potensi kenaikan yield utang AS yang dapat memicu volatilitas ke depan.
“Ketika US Treasury naik ini dampaknya terhadap yield indonesia lumayan besar. Apalagi dengan the Fed melakukan quantitative tightening, peredaran solar di global masih menurun,” ujar Rully dalam Media Day: June 2023 di Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan ketika the Fed melakukan pengetatan secara kuantitatif terjadi penurunan likuiditas dolar yang nilainya lebih dari US$500 miliar di dunia sepanjang 2023. Hal ini dapat menyebabkan volatilitas masih akan tinggi.
Kebijakan the Fed juga akan turut dipengaruhi oleh rilisnya data-data perekonomian seperti data pengangguran, dan data inflasi. Adapun ketika inflasi lebih tinggi dibandingkan konsensus, maka pasar akan bereaksi secara signifikan.
“Volatilitas itu akan menurun apabila tren dari inflasi dan tingkat pengangguran sudah menunjukkan arah yang diinginkan,” tuturnya.
Baca Juga
Menurutnya, volatilitas akan tetap tinggi sampai kuartal III/2023. Volatilitas akan menurun apabila ada kepastian terminal rate dari The Fed.
Adapun, the Fed disebut menargetkan agar data inflasi, dan non payform roll menurun. Sementara tingkat pengangguran sedikit demi sedikit mengalami kenaikan.
Dari dalam negeri, dia memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga pada September 2023. Hal ini seiring inflasi yang sudah mulai melandai memasuki paruh kedua tahun ini.
Secara tahunan, inflasi Mei 2023 berada di 4 persen (year-on-year/YoY) atau turun dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kita lihat inflasinya turun sehingga kita perkirakan tadinya menyentuh di bawah 4 persen, itu sebelum September, apalagi ada Juni dan Juli di tahun ajaran baru,” tuturnya.
Menurutnya inflasi yang terus menurun merupakan pertanda perekonomian Indonesia yang sedang melambat. Alhasil kebijakan moneter Indonesia akan jauh lebih efektif.