Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke level Rp15.136 pada perdagangan hari ini, Jumat (7/7/2023) di tengah pelemahan dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,53 persen ke Rp15.136 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,04 persen ke level 103,12.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia dibuka mayoritas melemah. Yen Jepang naik 0,06 persen, dolar Singapura naik 0,02 persen, dolar Taiwan melemah 0,21 persen, won Korea Selatan turun 0,57 persen, dan peso Filipina turun 0,19 persen.
Kemudian rupee India turun 0,06 persen, yuan China melemah 0,18 persen, ringgit Malaysia naik 0,13 persen, dan baht Thailand turun 0,12 persen.
Sebelumnya,
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan risalah The Fed menunjukkan bahwa hampir semua anggota bank sentral mendukung kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, dengan alasan inflasi yang membandel dan pasar tenaga kerja yang terlalu panas.
Baca Juga
Risalah tersebut meningkatkan harapan akan kenaikan suku bunga dalam pertemuan Fed pada akhir Juli, sambil juga mendorong investor untuk beralih ke dolar dan keluar dari pasar Asia yang berisiko tinggi.
"Data selama seminggu terakhir menunjukkan aktivitas bisnis di China memburuk selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juni, mengindikasikan pemulihan pasca-Covid di negara tersebut sebagian besar telah melambat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (6/7/2023).
Bank Sentral Eropa diperkirakan secara luas akan menaikkan suku bunga lagi pada akhir bulan ini.
Lebih banyak indikator ekonomi dari China juga akan tersedia dalam beberapa hari mendatang, dengan data inflasi utama dijadwalkan akan dirilis minggu depan.
Selain kondisi ekonomi yang lemah, Yuan juga menghadapi kekhawatiran terkait memburuknya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Beijing telah memblokir ekspor bahan pembuatan chip utama ke AS, meningkatkan ancaman pembalasan dari AS, yang dapat mengganggu perdagangan global.
Sementara itu dari dalam negeri, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023.
S&P sebelumnya merevisi ke atas outlook menjadi stabil dan mempertahankan peringkat Sovereign Credit Rating Indonesia di level BBB pada 27 April 2022.
Keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi yang solid, rekam jejak kebijakan yang baik, dan konsolidasi fiskal yang lebih cepat dari target awal.
Di sisi lain, outlook stabil mencerminkan keyakinan S&P terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi Indonesia untuk dua tahun ke depan, yang akan mendukung kinerja fiskal dan stabilisasi utang.
Adapun untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif tetapi ditutup melemah direntang Rp15.040-Rp15.100.