Bisnis.com, JAKARTA - Sub Holding PalmCo, yaitu PTPN IV, PTPN V, PTPN VI dan PTPN XIII mencatatkan peningkatan produksi sawit dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan kinerja anggota PTPN tersebut diperkirakan berlanjut setelah bergabung ke dalam Sub Holding PalmCo dan melakukan IPO.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengatakan kinerja operasional anggota PalmCo yang meningkat mencakup produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, produktivitas TBS, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dan rendemen CPO.
“PalmCo akan dibentuk dari perusahaan yang telah menunjukkan tren kenaikan produksi dalam beberapa tahun terakhir. Tentu ke depannya, dengan PalmCo yang semakin fokus pada komoditas utama, maka tujuan kita berperan dalam food security melalui pemenuhan pasokan minyak goreng dalam negeri," jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis (6/7/2023).
Secara rinci, data perusahaan menunjukkan, untuk PTPN IV yang akan menjadi induk merger, kinerja positif terlihat dari produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2.572,59 juta ton, naik menjadi 2.756,47 juta ton pada tahun 2021, dan mencapai 2.650,91 juta tahun 2022.
Hal ini berbanding lurus dengan produktivitas TBS yang juga meningkat dari 21.424 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 23.004 ton/ha tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 23.020 ton/ha pada tahun 2023.
Tren positif ini juga terlihat dari kinerja salah satu perusahaan pembentuk PalmCo di Riau, PTPN V, dimana produktivitas TBS yang mencapai 23,88 ton/ha tahun 2022, naik menjadi 24,02 ton/ha tahun 2021 dan 24,05 ton/ha tahun 2022.
Sementara itu, untuk produksi CPO, dari posisi 544,02 ribu ton di tahun 2020, naik menjadi 574,8 ribu ton di tahun 2021 dan naik lagi menjadi 578,91 ribu ton pada tahun 2022 dengan Rendemen CPO berturut-turut 21,39 persen di 2020, menjadi 21,55 persen di 2021, dan 21,89 persen di 2022.
Kinerja lapangan komoditas kelapa sawit yang mumpuni juga ditunjukkan oleh PTPN III Medan dimana produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2,41 juta ton, naik menjadi 2,51 juta ton pada tahun 2021, dan meningkat lagi ke posisi 2,58 juta ton tahun 2022.
Untuk produktivitas TBS, dari 24 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 24,73 ton/ha tahun 2021 dan menembus 25,4 ton/ha tahun 2023. Produksi CPO sejumlah 579.729 ton di tahun 2020, naik menjadi 607.451 ton di tahun 2021 dan naik lagi mencapai 623.748 di tahun 2022.
PTPN VI mencatatkan produksi TBS berturut-turut 527 juta ton, 565 juta ton, dan 669 juta ton untuk 2020, 2021 dan 2022. Selaras dengan kenaikan produksi CPO di angka 143.968 ton 2020, 187.871 ton 2021, serta meningkat menjadi 188.893 ton di 2022.
Baca Juga
Di Kalimantan, PTPN XIII juga membukukan kenaikan produksi TBS, dari 384.830,84 ton pada tahun 2020, naik menjadi 395.210,72 ton tahun 2021 dan meningkat ke 402.582,54 ton tahun 2022, sejalan dengan produktivitas TBS dari posisi 12,41 ton/ha tahun 2020, naik menjadi 12,72 ton/ha tahun 2021 dan menyentuh 13,2 ton/ha tahun 2022.
Untuk produksi CPO dari 70.694 ton tahun 2020, naik menjadi 101.935 ton tahun 2021 dan sebanyak 101.976 ton tahun 2022. Rendemen CPO mencapai 22,15 persen tahun 2020, tahun 2021 sebesar 22,34 persen dan tahun 2022 sebesar 21,37 persen.
“Dengan tren positif tersebut, maka PalmCo yang fokus pada komoditas utamanya, mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan hilirisasi kelapa sawit, khususnya minyak goreng,” tukas Ghani.
Sebelumnya, PT Perusahaan Nusantara III atau PTPN III sedang menyelesaikan proses penggabungan empat anak usaha perkebunan menjadi subholding PalmCo.
PalmCo ditargetkan untuk menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada akhir 2023 dengan perkiraan target dana sekitar Rp5 triliun-Rp10 triliun.