Bisnis.com, JAKARTA - Emiten-emiten di sektor pertambangan dan logam tercatat masih menarik perhatian pelaku pasar. Meski demikian, sektor ini menghadapi beberapa tantangan yang datang dari global dan luar negeri.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan melihat sentimen di sektor pertambangan, terutama untuk batu bara belum terlalu banyak perubahan untuk saat ini. Pasalnya, dari sisi suplai, masih terdapat tendensi oversupply dan permintaan belum terlalu kuat atau tepid demand.
"Untuk logam sendiri, saya juga pandangannya masih sama untuk saat ini [netral], karena long term play terlepas dari banyak berita baru-baru ini soal IMF dan ekspor ilegal," ucap Darmawan dihubungi Bisnis Kamis (6/7/2023).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar mengatakan prospek pertambangan dan logam, terutama nikel, sangat cerah dan potensial meningkat. Pasalnya, nikel ini merupakan bahan baku berbagai macam industri.
"Selain itu, akan menjadi bahan utama baterai untuk listrik, yang ke depan akan mempunyai nilai ekonomi sangat tinggi," ucap Bisman.
Dalam konteks global, lanjut dia, Indonesia masih menjadi negara yang terdepan dalam produksi nikel. Dari dalam negeri, menurutnya kebutuhan nikel juga tinggi, seiring dengan banyaknya smelter dan program hilirisasi nikel.
Baca Juga
"Sentimen paling utama di dalam negeri adalah soal kebijakan dan kepastian hukum, terutama kebijakan terkait dengan program hilirisasi mineral," tutur dia.
Selain itu, kata dia, realisasi rencana mengembangkan mobil listrik juga merupakan faktor daya tarik kuat dan peningkatan industri berbasis stainless steel juga sangat berpengaruh bagi sektor logam.
Sebagai informasi, salah satu perusahaan logam PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) akan mencatatkan sahamnya di lantai bursa pada Jumat (7/7/2023). Langkah AMMN ini menjadi IPO terbesar sepanjang tahun 2023 setelah NCKL dan PGEO mencatatkan sahamnya.
AMMN diketaui melepas 6,32 miliar saham dengan harga Rp1.695 per saham. AMMN tercatat dapat meraup Rp10,72 triliun dari aksi tersebut.
Rencananya, AMMN bakal menggunakan dana tersebut untuk setoran modal ke anak usaha Rp1,78 triliun, dan pelunasan utang ke Aman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) senilai Rp3 triliun.
Sisanya sekitar Rp5,2 triliun akan digunakan untuk setoran Amman Mineral Industri (AMIN) ke proyek ekspansi konsentrator atau pengolahan bijih tembaga ke konsentrat tembaga, mulai crushing hingga floatasi, serta PLTGU di Benete, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.