Bisnis.com, JAKARTA — Harga komoditas logam, terutama nikel, berada di zona merah sepanjang tahun 2023. Emiten pelat merah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) sebagai salah satu pemain komoditas nikel, tetap optimistis bisa mencatat kinerja positif.
Corporate Secretary ANTM Syarif Faisal Alkadrie mengatakan berkaca pada capaian kinerja perusahaan pada 2022, Antam optimistis akan kembali mencatatkan kinerja yang positif di tahun 2023. Hal ini tercermin dari target operasi yang ditetapkan untuk 2023 bagi seluruh komoditas inti perusahaan.
"Di tengah dinamika yang ada saat ini, Antam meyakini seluruh komoditas inti perusahaan baik nikel, emas, maupun bauksit akan tetap mampu bersaing di pasar baik domestik maupun global," ungkapnya kepada Bisnis, dikutip Kamis (6/7/2023).
Faisal mengatakan tahun ini meski diterpa kondisi geopolitik, perekonomian global dan lainnya yang memengaruhi tingkat harga dan permintaan komoditas secara umum, Antam meyakini komoditas utama perusahaan tetap memiliki tingkat penyerapan yang baik dan positif. Dia meyakini pemulihan harga akan didukung perkembangan kebutuhan industri.
Pada komoditas nikel kebutuhan industri stainless steel dan EV Battery menjadi pendukung pengembangan. Selain itu, industri alumina dan aluminium yang diproyeksikan bertumbuh juga mendukung pengembangan komoditas bauksit Antam.
"Tentunya kami mengharapkan harga logam pada 2023 akan terus meningkat dan menjadi pilihan masyarakat sebagai salah satu instrumen investasi yang bersifat lindung nilai," imbuhnya.
Baca Juga
Adapun, ANTM menargetkan pada semester kedua 2023 akan mulai mengoperasikan Pabrik Feronikel Antam di Halmahera Timur, Maluku Utara sehingga akan memperkuat kapasitas lini produksi pabrik feronikel Antam eksisting yang saat ini beroperasi di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
"Pada 2023, Antam terus melakukan inovasi produk-produk logam mulia serta fokus pada upaya peningkatan basis pelanggan logam mulia di pasar dalam negeri," ujarnya.