Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) optimistis harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) bakal kembali naik pada paruh kedua 2023. Perkembangan pasokan minyak nabati global dan prospek permintaan tetap memainkan peran penting dalam pembentukan harga.
“Gapki dalam sejumlah kesempatan memprediksi kenaikan harga CPO pada semester II/2023 meskipun tidak setinggi pada kuartal I/2022. Ada sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi harga CPO di antaranya supply-demand, iklim, transportasi, hingga produksi minyak nabati lainnya yang menjadi substitusi terutama minyak kedelai,” kata Direktur Dharma Satya Nusantara Jenti Widjaja kepada Bisnis, Rabu (5/7/2023).
Pasokan minyak sawit Indonesia masih dibayangi risiko iklim dari adanya fenomena El Nino. Sebagai catatan, produksi tandan buah segar (TBS) dari kebun inti DSNG pada kuartal I/2023 naik hampir 30 persen secara tahunan. Kenaikan disebabkan oleh pemulihan perkebunan sawit perusahaan di wilayah Kalimantan Timur yang sempat terimbas fenomena El Nino pada 2019—2020.
Memasuki kuartal II/2023 hingga Mei 2023, DSNG melaporkan tren kenaikan produksi yang berlanjut dibandingkan dengan tahun lalu. Namun Jenti mengakui bahwa kenaikan pada kuartal kedua 2023 tidaklah setinggi tiga bulan pertama 2023.
“Untuk 2023, kami belum merevisi target kenaikan produksi sebesar 10 persen meskipun terdapat risiko El Nino. Secara historis memang produksi di semester kedua lebih tinggi,” lanjutnya.
Terlepas dari perkembangan produksi yang diselimuti ketidakpastian, Jenti mengemukakan bahwa prospek permintaan minyak sawit masih cukup tinggi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini terutama ditopang oleh kebutuhan pangan.
Baca Juga
Selain itu, dia turut mengantisipasi peluang kenaikan permintaan menjelang Pemilihan Umum 2024 meskipun pasar belum memperlihatkan sinyal peningkatan demand.
“Menjelang Pemilu 2024, mungkin saja terjadi peningkatan permintaan meskipun tidak sebesar Hari Raya. Namun hingga saat ini kami belum melihat tanda-tanda peningkatan permintaan yang terkait pemilihan umum tersebut,” katanya.
Di Bursa Derivatives Malaysia, harga penyelesaian (settlement price) CPO untuk kontrak September 2023 tercatat ditutup di 3.862 ringgit per ton. Harga ini lebih rendah dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang bertengger di 3.883 ringgit per ton. Meski demikian, harga ini masih lebih tinggi daripada posisi terendah pada Juni 2023 yang berada di 3.562 ringgit per ton.
Sebagai catatan, total penjualan DSNG selama kuartal I/2023 menembus Rp2,06 triliun, naik 25,6 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 sebesar Rp1,64 triliun. Segmen minyak sawit tercatat berkontribusi sebesar Rp1,81 triliun atau naik 46,2 persen year-on-year (YoY), sementara segmen hasil kayu memperlihatkan penurunan 37,2 persen YoY menjadi Rp254,52 miliar.
Kenaikan kinerja ditopang oleh kenaikan volume penjualan CPO yang diiringi dengan kenaikan harga penjualan. DSNG mengakumulasi penjualan CPO sebanyak 140.646 ton pada kuartal I/2023, naik 44,3 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 yakni 97.461 ton. Kenaikan juga terlihat pada penjualan kernel sawit sebesar 21,9 persen secara tahunan dari 4.494 ton pada Januari—Maret 2022 menjadi 5.477 ton pada periode yang sama di 2023.
Sementara itu, harga jual rata-rata minyak sawit mentah bertengger di Rp11,97 juta per ton, naik 13,3 persen daripada kuartal I/2022 di Rp10,56 juta per ton. Namun harga jual rata-rata minyak kernel sawit tercatat turun 44,6 persen YoY dari Rp24,84 juta per ton menjadi Rp13,77 juta per ton.