Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah Brent berada di jalur untuk mencatat kenaikan bulanan pertama mereka tahun ini karena penurunan tajam dalam stok minyak dan rencana OPEC+ memangkas produksi.
Para imvestor mengantisipasi bila kebijakan itu akan melebihi kekhawatiran permintaan yang berasal dari kenaikan suku bunga.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September melemah 0,3 persen, menjadi US$74,32 pada Jumat pagi, (30/6/2023).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan pada US$69,65 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan tersebut menetap sedikit lebih tinggi pada Kamis (29/6) dan berada di jalur yang tepat untuk naik lebih dari 2,0 persen pada bulan ini.
Pasar khawatir tentang pengetatan pasokan setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah turun 9,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 23 Juni, jauh melebihi perkiraan para analis untuk penarikan 1,8 juta barel dalam jajak pendapat Reuters.
Baca Juga
Hal itu mengikuti rencana Arab Saudi untuk memangkas produksinya sebesar 1 juta barel per hari mulai Juli dan kesepakatan OPEC+ yang lebih luas untuk membatasi pasokan hingga 2024.
Namun demikian, keuntungan pada Jumat pagi dibatasi oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga.
Federal Reserve kemungkinan akan melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga setelah istirahat awal bulan ini, Ketua Fed Jerome Powell memberi isyarat pada Kamis (29/6), karena serangkaian data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan menggarisbawahi mengapa lebih banyak pengetatan moneter kemungkinan diperlukan untuk mengekang inflasi.
Pasar juga menunggu laporan indeks manajer pembelian China, yang akan memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana nasib sektor manufaktur dan jasa di ekonomi terbesar di kawasan ini pada Juni. Banyak hal bergantung pada apakah permintaan minyak China meningkat di paruh kedua.
Data jumlah rig minyak AS, indikator pasokan di masa mendatang, juga akan dirilis hari ini.