Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terhempas Rp15.021 per Dolar AS, Simak Penyebabnya

Rupiah ditutup terkoreksi ke level Rp15.021 per dolar AS, sementara sejumlah mata uang di Asia bergerak variatif.
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah meskipun indeks dolar AS juga bergerak di zona merah pada perdagangan Senin (26/6/2023). 

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 23 poin atau 0,15 persen ke Rp15.021 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga bergerak di zona merah, terkoreksi 0,13 persen ke 102,76. 

Sementara itu, sejumlah mata uang di Asia bergerak variatif dengan yen Jepang menguat 0,45 persen, peso Filipina menguat 0,10 persen, rupee India menguat 0,03 persen, ringgit Malaysia menguat 0,04 persen, dan baht Thailand menguat 0,09 persen. 

Di sisi lain, dolar Taiwan ikut melemah 0,31 persen, won Korea Selatan melemah 0,10 persen, dan yuan China melemah 0,64 persen. 

Analis MIFX mengatakan, dolar AS terkoreksi karena sempat menguat tajam pada akhir pekan lalu.

"Dolar AS masih mendapat dukungan sentimen beli dari sinyal hawkish yang diutarakan pejabat-pejabat The Federal Reserve di pekan lalu, dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,50 persen hingga akhir tahun 2023 nanti," ungkap Analis MIFX dalam riset, Senin (26/6/2023).

Sementara itu, Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, pasar global menunjukkan optimisme tinggi terhadap prospek penahanan kenaikan suku bunga (rate pause) di Amerika Serikat dan Eropa setelah rilis data PMI manufaktur dan jasa Jumat lalu (23/6). 

PMI manufaktur dan jasa di AS dan Eropa melambat pada Juni yang meningkatkan ekspektasi pasar terhadap probabilitas terjadinya resesi ekonomi dan perlambatan inflasi di semester II/2023. 

"Akan tetapi, testimoni Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada pekan lalu menunjukkan bahwa beliau bersikeras untuk menaikkan suku bunga puncak [terminal] sesuai proyeksi menjadi 5,675 persen. Saat ini, pasar cenderung melihat testimoni Jerome Powell kurang sesuai dengan kenyataan data ekonomi yang menunjukkan perlambatan," paparnya. 

Menurut Samuel Sekuritas Indonesia, perbedaan pandangan itu dapat menyebabkan gejolak pasar global saat libur panjang pekan ini. 

"Kami memperkirakan masih terdapat tekanan depresiasi atas nilai tukar rupiah di rentang Rp14.900- Rp15.000 per dolar AS," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper