Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,29 sehingga parkir di 6.699,71 pada perdagangan Rabu (14/6/2023) menjelang hasil FOMC Meeting mengenai suku bunga The Fed pada 15 Juni 2023 dini hari.
Indeks komposit sempat mencapai posisi tertinggi di 6.744,64 dan terendah di 6.672,85 sepanjang sesi perdagangan. Sebanyak 253 saham ditutup parkir di zona hijau, 279 saham melemah, dan 206 saham lainnya ditutup di posisi yang sama dengan harga kemarin.
Indeks sektoral terpantau ditutup bervariasi dengan koreksi terdalam dialami sektor kesehatan sebesar 1,23 persen. Kemudian disusul sektor teknologi sebesar 1,05 persen dan finansial turun 0,34 persen.
Sementara itu, sejumlah sektor yang menguat adalah energi dengan kenaikan 0,78 persen, industri dasar menguat 1,28 persen dan industri naik 0,98 persen.
Di tengah pelemahan IHSG, sejumlah saham terpantau mengisi daratan top gainers dengan kenaikan tertinggi pada PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) yang naik 23,03 persen. Lalu saham PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) menguat 22 persen dan PT Venteny Fortuna International Tbk. (VTNY) menguat 17,53 persen.
Berkebalikan dengan saham-saham tersebut, emiten milik Raam Punjabi PT Tripar Multivision Plus Tbk. (RAAM) mengisi deretan top losers dengan koreksi 14,92 persen. Lalu BEBS turun 14,91 persen dan emiten anyar PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk. (KLAS) turun 14,88 persen.
Baca Juga
Saham-saham big caps juga kompak tumbang dengan koreksi terdalam dialami GOTO sebesar 4,13 persen sehingga parkir di Rp116. Lalu BYAN menyusul dengan koreksi 2,48 persen dan BBNI turun 1,64 persen.
ASII dan TPIA menjadi satu-satunya saham big caps yang naik, masing-masing dengan kenaikan 2,22 persen dan 0,48 persen. Sementara itu, BBRI terpantau parkir di harga yang sama dengan penutupan kemarin.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mencatat sentimen bullish sejatinya makin terasa di pasar setelah data inflasi Amerika Serikat pada Mei 2023 memperlihatkan perlambatan secara bulanan maupun tahunan.
Inflasi Mei 2023 yang berada di level 4 persen year on year (YoY) makin mendukung ekspektasi The Fed akan mempertahankan suku bunga di level 5—5,25 persen. Namun perkiraan kenaikan pada Juli 2023 bertambah dari 50 persen menjadi 60 persen.
“Sentimen yang harusnya turut membawa aura bullish ke market malah tidak terasa pada IHSG yang saat ini bergerak di teritori negatif, dipicu oleh penurunan saham berkapitalisasi besar GOTO dan memerahnya saham-saham perbankan blue chips,” jelas Liza, Rabu (14/6/2023).
Liza menilai IHSG saat ini berada di resistance krusial sekitar 6.735–6.765 yang cukup membuat pelaku pasar khawatir menjelang hasil FOMC Meeting. Pelemahan IHSG menjadi hal yang wajar karena untuk mengurangi posisi atau mengamankan keuntungan terlebih dahulu.
Sentimen lain datang dari kenaikan harga komoditas, termasuk logam dan minyak mentah berkat kebijakan bank sentral China yang memotong suku bunga mereka demi mendongkrak perekonomian setelah pandemi. Dengan karakteristik pasar saham Indonesia yang digerakkan oleh perusahaan berbasis komoditas, maka terdapat peluang investasi jangka pendek di tengah peluang ini.
“Dunia akan memperhatikan satu data penting lagi dari AS sebelum turunnya keputusan FOMC Meeting yaitu PPI alias Inflasi di tingkat produsen yang diharapkan juga sama-sama bisa menjinak,” tambahnya.
Membaca perkembangan ini, NH Korindo Sekuritas melihat IHSG masih dalam batas aman apabila masih bisa ditutup di atas support MA20 di 6.685 walaupun arus keluar investor asing mencapai Rp1,78 triliun selama sepekan terakhir. Hal ini lantaran minat beli asing secara bulanan dan year to date (YtD) masih positif masing-masing di posisi Rp2,65 triliun dan Rp19,73 triliun.