Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Loyo ke Rp14.875 Tunggu Rilis Data Inflasi AS

Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp14.875 per dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (13/6/2023).
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp14.875 per dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (13/6/2023) menunggu data inflasi AS yang rilis hari ini. 

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah ke posisi Rp14.875 per saham turun 0,08 persen atau sebesar 12,5 poin. Sementara itu dolar AS terpantau bergerak melemah 0,12 persen ke posisi 103.108. 

Sementara itu beberapa mata uang Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,04 persen, dolar Singapura bergerak menguat 0,02 persen, dolar Taiwan naik 0,05 persen, won Korea menguat 0,29 persen, dan rupee India menguat 0,04 persen. 

Sementara itu, mata uang yang melemah adalah bath Thailand melemah 0,02 persen ringgit Malaysia melemah 0,12 persen, yuan China melemah 0,26 persen, dan peso Filipina melemah 0,09 persen. 

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif untuk perdagangan hari ini, tetapi ditutup melemah di rentang  Rp14.840-Rp14.910.

Ibrahim menjelaskan dolar bergerak stabil pada hari Senin tetapi tetap melemah terhadap beberapa mata uang utama. Hal ini karena trader yang tetap waspada menjelang keputusan kebijakan moneter yang akan dirilis minggu ini oleh beberapa bank sentral, termasuk Federal Reserve. 

Pertemuan kebijakan The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) akan mengatur nada untuk minggu ini, karena pasar mencari petunjuk dari pembuat kebijakan tentang jalur suku bunga di masa depan. 

Data inflasi yang akan dirilis pada hari Selasa (13/6/2023) diharapkan menjadi katalis dalam keputusan The Fed, mengingat tujuan utama bank sentral dalam siklus kenaikan suku bunga ini adalah untuk menurunkan inflasi. Inflasi tercatat masih di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen. 

Dari dalam negeri, para pengamat meyakini cadangan devisa diperkirakan akan tetap pada tingkat yang memadai untuk menjaga ketahanan dalam menghadapi prospek ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian. Sedangkan perkiraan untuk cadangan devisa akan mencapai sekitar US$135–US$155 miliar pada akhir tahun 2023, dibandingkan dengan US$137,2 miliar pada tahun 2022. 

Cadangan devisa yang kuat berpotensi memberikan dukungan bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar di tengah periode tahun politik dan ketidakpastian global yang meningkat. Dengan ketidakpastian global dan tahun politik, nilai tukar rupiah terhadap dolar di akhir tahun 2023 diperkirakan di angka  Rp14.900.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper