Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor China Turun, Rupiah Dibuka Melemah terhadap Dolar AS

Rupiah dibuka melemah 0,25 persen atau 37,5 poin ke Rp14.915 per dolar AS terimbas sentimen menurunnya angka ekspor China.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke Rp14.915 per dolar AS pada perdagangan Kamis (8/6/2023). Terimbas sentimen menurunnya angka ekspor negara China. 

Mengutip data Bloomberg pukul 09.04 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,25 persen atau 37,5 poin ke Rp14.915 per dolar AS. Penguatan rupiah terjadi ketika indeks dolar melemah 0,09 persen ke 103,98.

Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia bergerak variatif pada Kamis pagi. Yen Jepang Tampak menguat 0,15 persen terhadap dolar AS, begitu pula dengan dolar Hong Kong yang naik tipis 0,05 persen.

Ringgit Malaysia terpantau melemah 0,26 persen terhadap greenback, sementara won Korea Selatan melemah 0,20 persen. Yuan China juga terkoreksi tipis 0,01 persen dan baht Thailand melemah 0,14 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi telah memperkirakan rupiah akan dibuka berfluktuasi dan berpotensi ditutup melemah di rentang Rp14.850—Rp14.920 per dolar AS.

Dia mengatakan penguatan dolar AS terjadi karena para pedagang mencari tempat berlindung yang aman setelah perilisan data perdagangan China yang mengecewakan.

Sentimen negatif juga datang dari gejolak di pasar mata uang kripto menyusul tindakan keras oleh Komisi Sekuritas dan Bursa pada industri kripto.

“Surplus perdagangan China merosot ke level terendah 13 bulan pada Mei, menurut data yang dirilis Rabu pagi, terutama didorong oleh penurunan ekspor yang mengejutkan karena permintaan asing untuk barang-barang China mengering,” katanya dalam riset harian, Rabu (7/6/2023).

Turunnya ekspor China mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan AS, pasar utama China untuk barang-barang yang diproduksi secara lokal yang selama ini mendorong permintaan dolar.

Selain itu, kenaikan dolar terbatas karena pedagang menunggu pertemuan penetapan kebijakan Federal Reserve minggu depan di tengah ketidakpastian langkah selanjutnya. Pasar uang memberi penilaian bawah bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan, dibandingkan dengan peluang lebih dari 60 persen seminggu yang lalu, menurut indikator CME FedWatch, menyusul pertumbuhan ekonomi AS yang lemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper