Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target IHSG Mandiri Sekuritas Masih di 7.510 Sampai Akhir Tahun

Mandiri Sekuritas masih mempertahankan target IHSG di angka 7.510 hingga akhir tahun karena sentimen positif dalam negeri masih mendominasi.
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati mengamati pergerakan harga saham di kantor PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Rabu (9/11/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Mandiri Sekuritas masih mempertahankan target IHSG di angka 7.510 hingga akhir tahun karena sentimen positif dalam negeri masih mendominasi kendati pelaku pasar masih harus memperhatikan efek peningkatan suku bunga The Fed. 

Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan IHSG memiliki prospek cerah karena perlambatan inflasi dan siklus kenaikan suku bunga The Fed yang memuncak. Selain itu data inflasi di Amerika sudah melewati puncaknya, US treasury yield akan turun serta dolar melemah.  

“Liquidity rupiah masih melimpah,” katanya pada acara Market and Fixed Income Outlook 2023, Rabu (7/6/2023). 

Joezer mengatakan bahwa inflasi akan terus turun, disebabkan oleh harga komoditas seperti pangan dan energi di 2023 yang turun hingga 40 persen. 

Joezer mengatakan bahwa hingga paruh kedua dan tahun depan, IHSG masih dibayangi oleh sentimen global, sementara dari dalam negeri pelaku pasar akan fokus pada pemilihan umum 2024 sehingga tahun depan diprediksi akan lebih agresif. 

Sementara itu, di tengah keyakinan target IHSG tersebut Mandiri Sekuritas mengatakan bahwa saham yang diandalkan adalah consumer siklikal dan sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga. Hal itu didasari oleh perbaikan margin laba yang akan terus meningkat.

Sementara itu di pasar obligasi, Head of Fixed Income Research Mandiri sekuritas Handy Yunianto mengatakan kepemilikan asing pada pasar obligasi Indonesia akan lebih banyak lagi. Saat ini, in flow asing sudah tercatat sebesar Rp70 triliun dan masih ada ruang untuk asing masuk jika melihat angka in flow asing sebelum pra pandemi yang tercatat di atas Rp1.050 triliun. 

“Akan kembali ke pre covid, negara lain sudah naik ke level tersebut. Kita masih maintain positive view, risiko terbesar masih dari global, kalau The Fed menaikkan suku bunganya agresif walaupun sepertinya kemungkinannya kecil,” kata Handy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper