Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) tercatat telah melemah 44,68 persen sejak awal tahun hingga penutupan sesi I, Selasa (30/5/2023). Meski turun terus, mayoritas analis masih menyarankan beli untuk saham ADRO.
Berdasarkan data dari Bloomberg, dari 31 analis, sebanyak 22 analis atau 71 persen masih merekomendasikan beli untuk saham ADRO. Lalu, sebanyak 8 analis atau 25,8 persen merekomendasikan hold untuk saham ADRO, dan hanya satu analis yang merekomendasikan untuk menjual saham ADRO.
Adapun Sinarmas Sekuritas dalam riset terbarunya memiliki rating netral terhadap saham ADRO, dengan target harga atau target price (TP) yang diturunkan menjadi Rp2.100 per saham untuk jangka waktu 3 bulan, dan Rp2.200 per saham untuk target 12 bulan.
Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo menuturkan dengan tren harga batu bara yang turun dan naiknya beban biaya, pihaknya melihat potensi bagi saham ADRO untuk upside cukup terbatas.
Sementara itu, untuk catatan positif, program pembelian saham kembali atau buyback ADRO yang berjalan selama 18 bulan kemungkinan bisa mendorong saham ADRO.
"Risiko untuk saham ADRO adalah harga batu bara yang lebih rendah dari yang diperkirakan, shortfall pada volume penjualan, dan biaya produksi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan," ujar Axel dalam risetnya, Selasa (30/5/2023).
Baca Juga
Sebelumnya, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan pergerakan ADRO masih berada pada fase downtrend-nya. Dia menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu terhadap saham ADRO.
"Sebaiknya investor cenderung wait and see terlebih dahulu, sambil menunggu adanya sinyal reversal," kata Herditya, Senin (29/5/2023).
Herditya memperkirakan koreksi ADRO akan menguji rentang area Rp1.895-Rp2.000. Adapun area stop loss menurut MNC Sekuritas ada pada level Rp1.870.
Sebagai informasi, pada penutupan sesi I, Selasa (30/5/2023), saham ADRO ditutup menguat 2,90 persen ke level Rp2.130. Saham ADRO sendiri sejak awal tahun telah melemah 44,68 persen, dan telah melemah 31,95 persen selama satu bulan terakhir.