Bisnis.com, JAKARTA — Produsen makanan ringan Maxi Sweet Potatoes PT Maxindo Karya Anugerah Tbk. (MAXI) menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dengan target dana segar hingga Rp110 miliar. Cek kebijakan pembagian dividen milik perseroan.
Berdasarkan prospektus, saham yang diterbitkan MAXI terdiri atas dua jenis. Sebanyak 450 juta saham merupakan saham baru, dan sisanya 550 juta saham merupakan saham divestasi. Seluruh saham dengan nilai nominal Rp10 tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan rentang harga penawaran Rp100—Rp110 per saham. Alhasil perseroan berpotensi mengantongi dana IPO maksimal Rp110 miliar.
Prospektus MAXI juga mengungkap rencana perusahaan untuk membagikan dividen kas sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun. Besaran dividen sendiri akan dikaitkan dengan keuntungan yang dicatatkan pada tahun buku terkait.
“Sesuai dengan kebijakan dividen Perseroan, maka manajemen merencanakan pembayaran dividen kas sebanyak-banyaknya 50 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2023 yang akan dibagikan pada 2024. Dividen akan dibagikan dengan memperhatikan kondisi keuangan dan kemampuan perseroan,” tulis manajemen MAXI.
Meski demikian, manajemen MAXI memberi catatan bahwa dividen bisa tidak dibagikan apabila perusahaan membukukan kerugian atas hasil kinerja operasionalnya dalam laporan keuangan. Selain itu, MAXI dapat mencatatkan biaya atau kewajiban yang akan mengurangi atau meniadakan kas yang tersedia untuk pembagian dividen.
“Salah satu faktor ini dapat berdampak pada kemampuan MAXI untuk membayar dividen kepada pemegang sahamnya. Oleh karena itu, kami tidak dapat memberikan jaminan bahwa kami akan dapat membagikan dividen atau Direksi Perseroan akan mengumumkan pembagian dividen,” lanjut MAXI.
Baca Juga
Maxindo Karya Anugerah tercatat mengantongi penjualan sebesar Rp19,09 miliar pada kuartal I/2023. Capaian itu mencerminkan penurunan sebesar 30,74 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang mencapai Rp27,57 miliar.
Jika dirunut ke belakang, total penjualan selama Januari—Oktober 2022 yang berjumlah Rp91,62 miliar juga lebih rendah 29,04 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yang mencapai Rp129,11 miliar. Meski demikian, penjualan sepanjang 2021 tercatat naik 29,20 persen year on year (YoY) dari Rp115,59 pada 2020 menjadi Rp149,34 miliar pada tahun berikutnya.
Manajemen MAXI menjelaskan bahwa penurunan pendapatan per Oktober 2022 dipicu oleh terganggunya sistem logistik global. Hal ini membuat MAXI kesulitan memperoleh space atau ruang maupun kontainer, mengingat bahwa seluruh penjualan menyasar pasar ekspor.
Turunnya pendapatan di kuartal I/2023 diikuti dengan membengkaknya kerugian bersih yang dibukukan MAXI. Selama Januari—Maret 2023, rugi bersih tahun berjalan perusahaan mencapai Rp1,92 miliar, naik daripada kuartal I/2022 yang hanya Rp671,06 juta.
Sementara itu, laba tahun berjalan pada Januari—Oktober 2022 tercatat sebesar Rp516,20 juta atau turun daripada periode yang sama pada 2021 Rp10,91 miliar.
“Menurunnya penjualan untuk periode tersebut menyebabkan penurunan laba kotor dan laba bersih untuk periode berjalan,” tulis manajemen MAXI.
Berdasarkan Akta No. 57/2022, MAXI telah melakukan pembagian dividen bonus melalui kapitalisasi laba pada tahun buku 2021 sebesar Rp30 miliar. Selain itu, tidak terdapat pembagian dividen pada tahun-tahun sebelumnya.