Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Global Makin Waswas saat Negosiasi Utang AS Kian Rumit, Nasib IHSG?

Ketua DPR Kevin AS McCarthy dan Presiden Joe Biden akan bertemu pada Senin sore waktu setempat melanjutkan negosiasi pagu utang AS.
Presiden  Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di Washington, DC, AS, pada Kamis, 12 Januari 2023./Bloomberg
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di Washington, DC, AS, pada Kamis, 12 Januari 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Investor global bersiap menghadapi lonjakan volatilitas mata uang dan pelemahan pasar saham lantaran Amerika Serikat berjuang untuk mencapai kesepakatan pagu utang.

Dolar AS diperdagangkan dalam kisaran ketat di hadapan mata uang utama pada pukul 6 pagi waktu Sydney karena pelaku pasar mengevaluasi perkembangan terbaru.

Mengutip Bloomberg, Senin (22/5/2023), Ketua DPR Kevin AS McCarthy mengatakan dia dan Presiden Joe Biden akan bertemu pada Senin sore waktu setempat, dan negosiator akan melanjutkan pembicaraan utang Minggu malam.

Pemimpin Partai Republik tersebut mengatakan dia dan Biden, yang kembali dari KTT G-7 di Jepang, telah melakukan pembicaraan yang produktif. Sementara itu, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan di Meet the Press pada saluran NBC bahwa AS tidak mungkin mencapai pertengahan Juni dan masih dapat membayar tagihannya.

Perdebatan pagu utang telah menjadi tontonan yang tidak diinginkan bagi investor yang sudah berurusan dengan ketidakpastian seputar keputusan kebijakan Federal Reserve berikutnya pada Juni 2023.

Ahli strategi di JPMorgan Chase & Co. dan Morgan Stanley telah memperingatkan bahwa kebuntuan mengancam prospek pasar saham, sementara para pedagang juga melakukan swap dan opsi mata uang utama untuk melakukan lindung nilai terhadap portofolio mereka. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengimbau politisi AS untuk menyelesaikan kebuntuan dalam wawancara TV yang ditayangkan Minggu.

"Meskipun berita utama menggembirakan, sejarah menunjukkan anggota parlemen akan mengambil semuanya, yang akan menambah volatilitas pasar. Jika, dan sekali, kesepakatan tercapai, fokus akan segera beralih kembali ke data ekonomi dan FOMC, yang menurut saya akan mengarah pada kenaikan dolar lebih lanjut " kata Carol Kong, ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia di Sydney.

Bolak-balik antara anggota parlemen membuat Wall Street bersiap untuk yang terburuk, para eksekutif di bidang perdagangan, perbankan korporasi dan konsumen di tiga bank terbesar di negara itu mencoba memprediksi bagaimana kegagalan pemerintah untuk membayar utang akan memengaruhi pasar. Beberapa memprediksi kondisi yang kembali ke 2011, ketika peristiwa serupa menyebabkan perubahan harga besar-besaran di seluruh kelas aset.

Namun, investor mungkin kurang siap. Sekitar 71 persen responden survei Bank of America baru-baru ini mengharapkan resolusi pagu utang AS sebelum apa yang disebut tanggal-X, titik di mana pemerintah menghabiskan opsi untuk mendanai dirinya sendiri, meskipun tanpa harus memasuki default.

Indeks S&P 500 naik pada minggu lalu di tengah harapan bahwa resolusi sudah dekat. Ukuran kekuatan dolar menyentuh level tertinggi dua bulan, didorong oleh permintaan aset safe haven dan ekspektasi yang lebih kuat untuk kenaikan suku bunga Fed.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi berpotensi melanjutkan rebound ke posisi Rp6.725 hingga Rp6.780 pada perdagangan Senin (22/5/2023).

Tim Analis Phintraco Sekuritas menjelaskan rebound indeks komposit pada penutupan pekan lalu, Jumat (19/5/2023) mengkonfirmasi pola gravestone sebagai indikasi bullish reversal. MACD membentuk penyempitan negative slope. Gerak IHSG pada perdagangan Senin akan dipengaruhi oleh sentimen Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis (25/5/2023).

Pasar berekspektasi bahwa BI akan menurunkan suku bunga atau kondisi terburuknya adalah mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen.

“BI berpeluang menurunkan suku bunga acuan dengan kemungkinan terburuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di 5.75 persen. Hal ini sejalan dengan inflasi Indonesia yang sudah mereda dan defisit APBN sudah kembali ke level sebelum pandemi Covid-19,” kata Tim Analis dalam riset harian, dikutip Minggu (21/5/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper