Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York berakhir melemah pada akhir perdagangan Jumat (19/5/2023) waktu setempat di tengah penurunan saham perbankan dan kekhawatiran anggota parlemen AS yang berjuang mencapai kesepakatan terkait pagu utang AS.
Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (20/5/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,33 persen atau 109,28 poin ke 33.426,63, S&P 500 ambles 0,14 persen atau 6,07 poin k 4.191,98, dan Nasdaq tergelincir 0,24 persen atau 30,94 poin ke 12.657,90.
S&P 500 menghentikan reli dua hari, gagal bertahan di atas level psikologis 4.200. Dana yang diperdagangkan di bursa SPDR S&P Regional Banking senilai US$3,2 miliar merosot hampir 2 persen karena berita Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada pimpinan bank besar bahwa lebih banyak merger mungkin diperlukan.
Negosiasi batas utang menemui jalan buntu lantaran Ketua DPR AS Kevin McCarthy menyalahkan Gedung Putih karena menolak pemotongan pengeluaran.
“Kami harus mendapatkan gerakan dari Gedung Putih dan kami tidak memiliki gerakan apa pun. Jadi ya, kita harus berhenti."" kata McCarthy, yang tidak hadir dalam pertemuan Jumat.
Departemen Keuangan AS hanya memiliki US$92 miliar dana yang tersisa untuk langkah-langkah luar biasa dalam membantu menjaga pembayaran tagihan pemerintah pada 17 Mei 2023. Jumlah itu naik dari sekitar US$88 miliar pada 10 Mei dan berarti bahwa lebih dari seperempat dari US$333 miliar, masih tersedia untuk mencegah pemerintah AS kehabisan ruang pinjaman di bawah batas utang Undang-Undang.
Baca Juga
Pasar saham pun bersiap untuk penurunan tajam jika AS gagal menaikkan batas utang dan menunda pembayaran utang pemerintah. Itulah peringatan dari tim ahli strategi UBS.
Analis UBS yang dipimpin Jonathan Pingle menilai meskipun tidak mungkin, jika AS secara resmi gagal bayar dan menunda semua pembayaran di luar pembayaran pokok selama seminggu, S&P 500 akan turun sebanyak 20 persen menuju 3.400.
“Saat ini, kami melihat peluang yang masuk akal, kira-kira 50 persen, bahwa Kongres meloloskan perpanjangan jangka pendek. Namun, mengingat kedua belah pihak mengesampingkan hal itu, penilaian kami bisa sangat salah,” kata Pingle.