Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah meninggalkan level psikologis dan menyentuh posisi sekitar 6.600-an pada perdagangan Senin (15/1/2023) di tengah sejumlah sentimen ekonomi eksternal dan internal. Pelemahan IHSG makin memperkecil peluang menutup semester I/2023 di posisi 7.000-an.
Sampai pukul 15.01 WIB, IHSG melemah 0,42 persen ke 6.679,5 atau terkoreksi 28,26 poin. Sebanyak 232 perusahaan menguat, 331 perusahaan melemah dan 159 lainnya di posisi harga yang sama dengan perdagangan sebelumnya.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan pergerakan IHSG hari ini merupakan respons negatif terhadap penurunan kinerja perdagangan pada April 2023. Meskipun Indonesia mencetak surplus beruntun selama 36 bulan, tetapi nilai ekspor mengalami penurunan signifikan secara bulanan dan tahunan.
“Pasar global juga masih diselimuti sentimen negatif. Investor masih menantikan kepastian batas utang Amerika Serikat, padahal pertemuan pembahasan seharusnya pada Jumat pekan lalu,” kata Cheril, Senin (15/5/2023).
Cheril mengatakan Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan bahwa hasil negosiasi batas utang akan disampaikan pada Selasa (16/5/2023) waktu setempat sehingga menambah ketidakpastian pasar.
Di sisi lain, Gubernur The Fed dan anggotanya akan menyampaikan komentar soal perekonomian pada pekan ini. Hal ini akan dinantikan pelaku pasar sebagai acuan mengenai proyeksi kebijakan moneter bank sentral selanjutnya.
Baca Juga
“Dengan perkembangan ini, tampaknya 6.900 akan lebih mudah dicapai IHSG. Untuk ke 7.000, perlu melihat perkembangan batas utang antara Presiden AS dan Kongres serta komentar The Fed,” kata dia.
Cheril mengatakan kebijakan The Fed terakhir untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin telah sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun sinyal terkini yang dinantikan untuk pertemuan sebelumnya tak disampaikan secara jelas oleh The Fed.
“Akibatnya optimisme pasar tidak berhasil dijaga dan kemarin IHSG belum berhasil mencapai 7.000.”
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pelemahan IHSG tidak terlepas dari kondisi bursa saham Amerika Serikat yang ditutup di teritori negatif untuk 5 hari berturut-turut pada perdagangan Jumat (12/5/23). Pelemahan bursa AS dipicu oleh pelemahan saham-saham berkapitalisasi besar seiring data US Consumer Sentiment (May) yang anjlok ke titik terendah dalam 6 bulan.
Di sisi lain, tren naik suku bunga yang ditetapkan bank sentral AS mulai menunjukkan efeknya kepada prospek ekonomi menuju arah resesi. Namun, selama Inflasi masih belum terkendali, pejabat The Fed diperkirakan tidak ragu untuk masih mempertahankan kenaikan suku bunga.
“Sentimen juga datang dari peringatan US Congressional Budget Office yang menyebutkan bahwa AS akan menghadapi masalah serius jika gagal bayar terjadi pada sejumlah kewajiban pada minggu-minggu pertama Juni, dalam skenario tidak disepakatinya kenaikan batas utang mereka,” papar Liza.
Terpisah, Head of Research Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima memperkirakan IHSG akan kembali ke level 7.000 pada semester II/2023. Sinyal perlambatan ekonomi yang tecermin pada perkembangan konsumsi domestik di kuartal I/2023 dia sebut bakal mendorong Bank Indonesia untuk mulai memangkas suku bunga acuan. Namun dengan asumsi kondisi makro ekonomi stabil.
“Dalam kondisi ini, investor bisa menyikapi goncangan dengan fokus pada saham-saham konsumer non-cyclical seperti INDF, ICBP dan UNVR,” katanya.