Bisnis.com, JAKARTA — Terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 6.663,63 pada penutupan sesi I perdagangan Senin (15/5/2023) disebut akibat penurunan signifikan dari neraca perdagangan per April 2023. Adapun IHSG berpotensi rebound pada sesi II hari ini.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan IHSG merespon negatif penurunan signifikan neraca perdagangan akibat turunnya harga komoditas unggulan. Namun, neraca dagang disebut masih konsisten surplus selama 36 bulan beruntun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca dagang Indonesia surplus sebesar US$3,94 miliar per April 2023. Meski turun 47,88 persen dari US$7,56 miliar secara year-on-year (YoY), neraca dagang Indonesia mengalami surplus selama 36 bulan berturut-turut.
Beberapa komoditas yang menurun secara YoY, adalah batu bara turun 37,50 persen, nickel turun 27,88 persen, dan sawit turun 40,26 persen.
“Dari sentimen global juga pasar masih diliputi sentimen negatif dimana masih menantikan keputusan tentang batas utang Amerika Serikat. Padahal harusnya pertemuan tersebut terjadi Jumat 12 Mei,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/5/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan Presiden AS Joe Biden mengatakan hasil negosiasi batas utang akan disampaikan pada Selasa mendatang. Hal ini pun lantas menimbulkan ketidakpastian pasar.
Baca Juga
Kemudian, para pejabat Federal Reserve juga akan menyampaikan komentar tentang perekonomian. Para pelaku pasar pun menantikan komentar tersebut untuk memproyeksikan kebijakan moneternya.
Cheryl memproyeksi IHSG berpotensi rebound ke level 6.700 pada sesi II hari ini. Namun, jika gagal rebound IHSG akan menguji level support di 6.550.
“Saham-saham yang bs dicermati adalah saham berfundamental kuat seperti big banks, dan consumer staples, yaitu MYOR, ICBP, BBRI, BBCA, serta BBNI,” tuturnya.
Secara terpisah, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan secara struktur wave IHSG berpeluang mengejar target koreksi ideal di level 6.667. Level tersebut sudah tercapai setelah IHSG sebelumnya break support fraktal di 6.733.
Dia lantas mengatakan adanya rilis neraca dagang yang surplus diharapkan dapat menjadi titik balik mengakhiri koreksi dengan investor diharapkan mulai melakukan aksi akumulasi.
Adapun IHSG diperkirakan menguat pada sesi II hari ini. Namun, jika ditutup dibawah 6.667, maka IHSG rawan terseret ke rentang 6.590-6.620.
“Saham banking masih menarik seperti BBCA dan BBRI. Kemudian emiten batu bara ada ADRO yang belum membagi dividen di tengah harganya yang masih kena tekanan jual,” ujar Ivan kepada Bisnis, Senin (15/5/2023).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan koreksi IHSG pada sesi I masih sejalan dengan perkiraan bahwa IHSG masih rawan koreksi sekaligus menutup gap yang berada di rentang 6.691 sampai 6.696.
Dia menyebut sektor energi atau IDX Energy menjadi pemberat pegerakan IHSG hari ini. Hal ini lantaran sektor energi masih dipengaruhi oleh pergerakan harga batu bara global yang masih terkoreksi.
“Di sisi lain, sentimen global seperti debt ceiling AS dan potensi krisis likuiditas AS masih menjadi kekhawatiran para pelaku pasar,” ujar Herditya kepada Bisnis, Senin (15/5/2023).
Menurutnya IHSG berpeluang untuk menguat paling tidak pada perdagangan besok. Adapun beberapa saham mendapatkan rekomendasi buy on weakness (BoW) sepeti ASII pada harga Rp6.325-Rp6.400, JPFA pada Rp1.200-Rp1.240, dan APLN pada Rp150-Rp160.