Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Smelter Green Aluminium Adaro Mineral (ADMR) Beroperasi Kuartal II/2025

Smelter Aluminium PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) di Green Industrial Park Indonesia, Kalimantan Utara ditargetkan dapat beroperasi pada kuartal II/2025
Ilustrasi proyek PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), anak usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Ilustrasi proyek PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), anak usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).

Bisnis.com, JAKARTA – Smelter Aluminium PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) di Green Industrial Park Indonesia, Kalimantan Utara ditargetkan dapat beroperasi pada kuartal II/2025 dengan total investasi keseluruhan mencapai US$2 miliar. 

Direktur Adaro Minerals Totok Azhariyanto mengatakan saat ini ADMR telah menjajaki kerja sama dengan pemain lokal untuk memasok kebutuhan alumina sebesar 50 persen untuk smelter tersebut sementara sisanya masih akan mengandalkan impor. 

“Total nilai investasi termasuk pembangkit mencapai US$2 miliar. Sementara perjanjian suplai alumina akan finalisasi sekitar 6 bulan sebelum commercial operation date [COD],” katanya saat konferensi pers, Rabu (10/5/2023). 

Rencananya, pemurnian dan smelter aluminium tersebut beroperasi di kuartal II/2025 dengan kapasitas 500.000 ton di tahap pertama. Untuk memproduksi 500.000 ton aluminium dibutuhkan 1 juta ton alumina. 

Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat mengatakan alumina merupakan bahan baku pembuatan aluminium mayoritas masih diimpor, padahal Indonesia memiliki bahan mentah alumina yaitu bauksit. 

“Bauksit diproduksi menjadi alumina, alumina diproduksi menjadi alumunium. Kita beli alumina dari domestik maupun internasional dan kita produksi menjadi aluminium,” katanya. 

Smelter aluminium ini awalnya digadang-gadang akan memproduksi green aluminimum dengan tidak memakai batu bara lagi sebagai salah satu bahan baku energi. Namun rencana itu akan terealisasi pada 2030 saat pembangkit listrik tenaga Angin milik ADMR selesai dibangun. 

“Kita pakai coal dulu, aluminiumnya, ya sama seperti yang diimpor, nanti kalau hidronya jadi kita bisa pakai, kita punya tambahan lagi yang green aluminium,” jelasnya. 

Hal ini pula yang menimbulkan kontroversi bahwa ADMR melakukan greenwashing. Pada pemberitaan Financial Times, ADMR disebut melakukan greenwashing dengan mengaku mengembangkan energi hijau akan tetapi memakai batu bara sebagai bahan baku utama pengolahan aluminium. 

Ariano mengklaim jika penggunaan batu bara merupakan tahap dari transisi energi hijau. 

“Kita suatu hari mau buat yang namanya green aluminium tapi butuh waktu untuk sampai sana, sampai hidro kita jadi. tapi masa kita tunggu segitu lama kita impor terus?” imbuhnya. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper