Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Badan Layanan Umum Pemerintah dan tragedi tambang batu bara China terus menyengat harga saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Sebagai informasi, China sebagai produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia, menghentikan 50 juta ton produksi setelah kecelakaan mematikan. Hal ini berpotensi berimbas terhadap harga batu bara global.
Sebagai perbandingan, jumlah produksi batu bara yang dikurang oleh China hamper setara dengan target produksi batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) 41,0 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11 persen dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton
Di sisi lain, pemerintah Indonesia berniat mendirikan Badan Layanan Umum (BLU) yang akan mengurus pungutan iuran di industri batu bara seperti halnya kelapa sawit dengan BPDP-KS. Hal tersebut dipercaya mampu menjadi katalis pergerakan saham PTBA di pasar modal.
Tim riset Indopremier Sekuritas menyebutkan penerapan BLU dalam tahap finalisasi sehingga ada kemungkinan bakal segera diterapkan dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Mereka meyakini BLU akan menjadi sentimen positif terhadap kinerja saham emiten batu bara seperti PTBA.
Pada penutupan sesi I, Rabu (10/5/2023, saham PTBA bahkan telah melesat ke level Rp3.510 per saham. Jumlah itu lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh Indopremier sebesar Rp3.400 per saham.
Baca Juga
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) makin ekspansif melakukan diversifikasi bisnis pada portofolio energi baru terbarukan atau EBT.
Pada 17 April 2023 lalu, PTBA menyepakati nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan HDF Energy yang merupakan perusahaan hydrogen fuel.
HDF Energy dan PTBA menjajaki kerja sama pengembangan infrastruktur hydrogen fuel berskala besar di wilayah operasi PTBA sebagai upaya pengurangan emisi karbon.
“Infrastruktur ini dapat menyediakan energi hijau yang stabil dan berkelanjutan, yang dibutuhkan untuk operasi PTBA sendiri atau dijual ke pasar,” kata Direktur Utama PT PTBA Arsal Ismail seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (5/5/2023).
Diversifikasi bisnis itu juga ditandai dengan sinergi bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 400 kilowatt-peak (kWp) di Jalan Tol Jasa Marga Group. Misalkan, pembangunan PLTS Jalan Tol Bali Mandara yang diresmikan pada 21 September 2022 lalu untuk menyambut pergelaran KTT G20 saat itu.
Sebelumnya, PTBA telah membangun PLTS di Bandara Soekarno Hatta melalui kerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero). PLTS tersebut terdiri atas 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kWp dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC). PLTS ini telah beroperasi penuh sejak 1 Oktober 2020.
Selanjutnya, PTBA melakukan penandatanganan perpanjangan MoU untuk pengembangan PLTS di wilayah jalan tol lainnya yang berada di dalam pengelolaan Jasa Marga Group pada 24 Februari 2023 lalu.
Perpanjangan MoU ini merupakan wujud kolaborasi dan sinergi BUMN yang berkelanjutan dalam mendukung upaya pengurangan emisi karbon global.