Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merdeka Battery (MBMA) Siap Akuisisi Perusahaan Nikel Rp1,1 Triliun

PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) bakal mengakuisisi 60 persen saham produsen nikel PT Huaneng Metal Industry (HNMI).
PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) bakal mengakuisisi 60 persen saham PT Huaneng Metal Industry (HNMI). /Bisnis-Arief Hermawan.
PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) bakal mengakuisisi 60 persen saham PT Huaneng Metal Industry (HNMI). /Bisnis-Arief Hermawan.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten terafiliasi Garibaldi 'Boy' Thohir, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) bakal mengakuisisi 60 persen saham produsen nikel PT Huaneng Metal Industry (HNMI) dengan nilai transaksi sekitar Rp1,1 triliun.

MBMA menandatangani perjanjian bersyarat untuk mengakuisisi 60 persen saham Huaneng yang mencerminkan nilai transaksi US$75 juta, atau sekitar Rp1,1 triliun (estimasi kurs Jisdor 8 Mei 2023 Rp14.709 per dolar AS). Adapun, 40 persen saham lainnya masih dikuasai oleh Eternal Thingshan Group Limited.

Huaneng merupakan produsen nikel matte bermutu tinggi yang beroperasi di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah. Kapasitas produksi nikel matte Huaneng sekitar 50.000 ton per tahun. Belakangan Huaneng mencapai margin tambahan dari produk nickel pig iron (NPI) US$2.000 ton.

"Rencananya, transaksi akuisisi 60 persen saham Huaneng oleh MBMA akan rampung pada pertengahan 2023," seperti dikutip dari keterangan perusahaan.

Nikel matte adalah produk antara yang digunakan dalam memproduksi nikel sulfat, komponen integral dari rantai pasok baterai kendaraan listrik. Hal ini merupakan salah satu strategi MBMA melakukan ekspansi pengiliran nikel dan mendukung ekosistem kendaraan listrik.

Entitas anak PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) itu resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 18 April 2023 setelah merampungkan initial public offering (IPO) bernilai jumbo.

Dalam IPO, MBMA menerbitkan 11,54 miliar saham pada harga pelaksanaan Rp795 per saham. Jumlah saham itu lebih tinggi dari maksimal 11 miliar saham sejalan dengan terjadinya oversubscribed dalam proses penjatahan terpusat sebesar 19,9 kali.

Alhasil, Merdeka Battery Minerals mengantongi dana hasil IPO sebesar Rp9,18 triliun atau terbesar kedua sepanjang tahun berjalan 2023 setelah PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) yang meraup Rp9,99 triliun.

Devin Ridwan, Presiden Direktur Merdeka Battery Minerals, mengatakan aksi go public itu sangat penting untuk mewujudkan visi MBMA sebagai pemain global yang terintegrasi secara vertikal dalam rantai nilai mineral strategis dan bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.

“MBMA akan terus membangun dan mengembangkan berbagai proyek yang merupakan rantai nilai penghiliran nikel hingga menjadi bahan baku EV battery,” ujarnya di Gedung BEI, Selasa (18/4).

Menurut Devin, pengoperasian dan pengembangan berbagai proyek strategis tersebut melibatkan berbagai grup bisnis yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, seperti grup Tsingshan, Huayou, serta CATL.

MBMA berencana menggunakan dana hasil IPO antara lain untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun. Pabrik itu akan menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.

Sebagian lainnya akan digunakan memperkuat modal kerja anak usaha, di antaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel.

Saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22 persen Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08 persen Co.

Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024. MBMA juga akan memakai dana IPO untuk melunasi pinjaman.

Saat ini, MBMA telah mengoperasikan smelter RKEF yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang produksi agregat mencapai 38.000 Ni per tahun per 30 September 2022. Setelah pembangunan atau komisioning smelter RKEF baru, tambang SCM dan proyek AIM I, MBMA diproyeksikan menghasilkan 88.000 Ni per tahun dan 1,2 juta ton asam per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper