Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia baik WTI Crude maupun Brent terpantau anjlok pagi ini, Senin (1/5/2023), setelah Rusia mengklaim bahwa OPEC+ tidak akan memangkas produksi minyaknya.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 08.25 WIB, WTI Crude telah turun 0,69 persen atau 0,53 poin ke posisi US$76,25 per barel sementara itu Brent Crude melemah 0,63 persen atau 0,51 poin ke level US$79,82 per barel.
Sebelumnya, Rusia meminta OPEC+ untuk menghentikan pengurangan produksi minyak seiring dengan permintaan China yang lebih rendah dari perkiraan.
Padahal data Energy Information Administration (EIA) menyebutkan persediaan minyak mentah dan bensin AS turun lebih dari yang diharapkan karena permintaan bahan bakar motor meningkat menjelang puncak musim mengemudi musim panas.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS turun pada Februari menjadi 12,5 juta barel per hari (bph), terendah sejak Desember. Permintaan bahan bakar naik menjadi hampir 20 juta barel per hari, tertinggi sejak November.
Mengutip pemberitaan Reuters, belanja konsumen AS datar pada bulan Maret karena peningkatan pengeluaran untuk layanan diimbangi oleh penurunan barang, tetapi kekuatan yang terus-menerus dalam tekanan inflasi yang mendasarinya dapat melihat Federal Reserve menaikkan suku bunga lagi.
Baca Juga
“Nada hawkish dari The Fed dapat memberi tekanan pada energi dan logam,” kata ANZ Research.
Pertumbuhan ekonomi AS melambat lebih dari yang diperkirakan pada kuartal pertama. Akselerasi belanja konsumen diimbangi oleh bisnis yang melikuidasi persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang lebih lemah akhir tahun ini di tengah biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Sementara itu indeks manajer pembelian manufaktur China (PMI) turun menjadi 49,2 dari 51,9 pada bulan Maret, data resmi menunjukkan pada hari Minggu, tergelincir di bawah tanda 50 poin yang memisahkan ekspansi dan kontraksi dalam aktivitas secara bulanan.
“Investor tetap berhati-hati di tengah sinyal ekonomi yang beragam. Minyak mentah Brent telah melacak pasar yang lebih luas dalam beberapa sesi terakhir, dengan banyak data ekonomi menciptakan lebih banyak ketidakpastian tentang prospek,” kata ANZ.