Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Rebound, Risiko Resesi AS Masih jadi Momok

Harga minyak masih cenderung tertekan akibat risiko resesi Amerika Serikat, negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia.
Harga minyak masih cenderung tertekan akibat risiko resesi Amerika Serikat, negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia. / Bloomberg - David Paul Morris
Harga minyak masih cenderung tertekan akibat risiko resesi Amerika Serikat, negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia. / Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Kamis (27/4/2023) setelah sebelumnya anjlok 4 persen karena kekhawatiran permintaan di tengah meningkatnya risiko resesi di Amerika Serikat.

Harga minyak WTI untuk pengiriman Juni naik US$0,46 atau 0,62 persen menjadi US$74,76 per barel. Harga minyak Brent untuk pengiriman Juni meningkat US$0,68 atau 0,88 persen menjadi US$78,37 per barel.

"Kenaikan kecil harga minyak mentah disebabkan short-covering dari aksi jual selama beberapa hari terakhir," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston, mengutip Antara.

Harga minyak mentah WTI dan Brent turun ke level sebelum pengumuman pengurangan produksi sukarela oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya pada awal April.

Pedagang minyak membeli kembali minyak, karena harga murah setelah kemunduran baru-baru ini, kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.

Meningkatnya selera risiko di pasar dunia memberikan dukungan material untuk minyak WTI di sesi perdagangan Kamis (27/4), menurut Zernov.

"Harga minyak mentah menemukan dukungan setelah beberapa data beragam terus mendukung kasus Fed untuk tetap dalam mode pengetatan," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan multiaset daring.

Pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 1,1 persen pada kuartal pertama tahun ini dari 2,6 persen pada kuartal terakhir 2022, sementara klaim pengangguran mingguan AS turun menjadi 230.000 pada pekan yang berakhir 22 April dari 246.000 pada minggu sebelumnya, menurut data yang dirilis pada Kamis (27/4) pagi.

Moya mengatakan perekonomian AS sedang menuju masa sulit, tetapi mungkin masih ada satu kuartal yang baik sebelum resesi dimulai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper