Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat, (28/4/2023) setelah ditutup perkasa pada perdagangan kemarin.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.05 WIB, mata uang rupiah dibuka menguat 0,16 persen atau 23 poin ke level Rp14.683 per dolar AS. Sementara itu, sejumlah mata uang Asia terpantau bergerak bervariatif, tetapi mayoritas menguat.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,03 persen menjadi 101,5015 pada akhir perdagangan. Di sisi lain, rupiah semakin menunjukkan keperkasaannya dengan menguat 0,22 persen ke level Rp14.673 per dolar AS pada 09.20 WIB.
Pada awal perdagangan, dolar Singapura menguat 0,02 persen, peso Filipina menguat 0,42 persen, dolar Taiwan menguat 0,06 persen, yuan China menguat 0,16 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,13 persen.
Sementara itu, mata uang yen Jepang bergerak melemah 0,18 persen terhadap dolar AS, diikuti won Korea yang melemah 0,06 persen, dan rupee India melemah 0,09 persen.
Di lain sisi, ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada kuartal I/2023 karena percepatan belanja konsumen diimbangi oleh pengurangan investasi.
Baca Juga
Dilansir dari Reuters pada Kamis (27/3/2023), Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) naik 1,1 persen pada kuartal I/2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini berada di bawah ekspektasi ekonom dalam survei Reuters sebesar 2 persen dan turun dari 2,6 persen pada kuartal IV/2022.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS melemah menjelang rilis data pertumbuhan utama AS, di tengah kekhawatiran atas risiko penularan perbankan, ekonomi yang melambat, dan kebuntuan plafon utang.
"Dolar terus turun hari ini (Kamis,27/4), dengan suasana seputar mata uang yang tidak tertolong oleh kepercayaan deposan yang tampaknya terkuras dari First Republic Bank setelah mengungkapkan US$100 miliar penarikan pelanggan bulan lalu," ujarnya dalam riset.
Kekhawatiran bahwa pengurangan pinjaman akan menghambat aktivitas ekonomi lebih lanjut menambah tanda-tanda bahwa pertumbuhan ekonomi AS sudah melambat sebagai akibat dari pengetatan moneter agresif Federal Reserve untuk memerangi inflasi yang melonjak.
The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lebih lanjut minggu depan, tetapi ekspektasi tumbuh bahwa ini akan mewakili puncaknya, dengan suku bunga akan mulai turun pada paruh kedua tahun ini.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga minggu depan, tetapi dengan ekonomi Eropa menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan sektor perbankan di kawasan ini terlihat lebih tangguh, bank sentral kemungkinan akan melanjutkan kenaikan suku bunga hingga musim panas, mendukung mata uang tunggal.