Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Jatuh Akibat Rilis Ekonomi AS Melemah, Suku Bunga Berpotensi Tertahan

Dolar AS jatuh akibat laporan indeks manufaktur Fed Dallas yang lemah dan survei indeks aktivitas kondisi ekonomi Fed Chicago.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS jatuh akibat laporan indeks manufaktur Fed Dallas yang lemah dan survei indeks aktivitas kondisi ekonomi Fed Chicago. Investor memperkirakan penurunan suku bunga tahun ini oleh Federal Reserve setelah kenaikan Mei.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,46 persen menjadi 101,3522 pada akhir perdagangan Selasa pagi WIB, (25/4/2023).

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi US$1,1045 dari US$1,0976 pada sesi sebelumnya dan pound Inggris naik menjadi US$1,2482 dari US$1,2430 pada sesi sebelumnya.

Indeks aktivitas bisnis umum di Texas melemah menjadi minus 23,4 pada April, turun dari minus 15,7 pada Maret, menurut survei prospek manufaktur yang diterbitkan oleh Federal Reserve Dallas pada Senin (24/4/2023). Para ekonom memiliki ekspektasi minus 11,5. Indeks produksi di bawah angka survei 0,9 pada April, turun dari 2,5 pada Maret.

Federal Reserve Chicago melaporkan pada Senin (24/4/2023) bahwa indeks aktivitas nasional Fed Chicago berdiri di 0,19 pada April, tidak berubah dari pembacaan sebelumnya pada Maret.

Survei kondisi ekonomi Fed Chicago Fed (CFSEC) menunjukkan bahwa indeks aktivitas turun ke -37 pada April dari -8 pada Maret, "menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi jauh di bawah tren."

Indeks aktivitas manufaktur CFSEC turun ke minus 55 pada April, jatuh dari minus 7 pada Maret, dan indeks aktivitas non-manufaktur turun ke minus 24 pada April dari minus 9 pada Maret.

Greenback akan jatuh lebih jauh terhadap mata uang utama seperti euro selama enam hingga 12 bulan ke depan, menurut catatan penelitian oleh raksasa perbankan Swiss UBS pada Senin (24/4/2023).

"Dolar sedang berjuang untuk membangun kenaikan minggu lalu ketika data yang akan datang dapat menunjukkan pertumbuhan AS lebih lambat dan inflasi yang lebih rendah, hasil yang akan memperkuat kasus jeda suku bunga pertengahan tahun," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera di Washington.

Pembuat kebijakan Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan minggu depan, tetapi mereka diperkirakan akan berhenti padaJuni. Pasar berjangka suku bunga juga memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 50 basis poin pada akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper