Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang untuk menguat menuju level 6.875 pasca libur lebaran 2023. Meski demikian IHSG dinilai membutuhkan sentimen baru untuk mendorong penguatan pasca libur lebaran.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan secara teknikal IHSG berpeluang besar untuk menguat pada rentang 6.795 - 6.875. Namun, IHSG perlu menembus level 6.825 untuk bisa menguat.
“Ada ruang yang cukup terbuka lebar secara teknikal analisa pekan depan, untuk mendorong IHSG mengalami penguatan pasca lebaran, dan akan bermain direntang 6.795 - 6.875,” ujar Nico kepada Bisnis, Selasa (25/4/2023).
Menurutnya, IHSG membutuhkan sebuah sentimen baru untuk mendorong adanya penguatan. Terlebih lagi dia menyebut IHSG sudah hampir 17 hari perdagangan pada rentang yang sama.
Salah satu sentimen yang dapat mendongkrak kinerja IHSG adalah rilisnya data perekonomian dari Amerika Serikat (AS). Beberapa data penting yang akan dirilis oleh AS adalah data penjualan rumah baru atau new home sales, dan kepercayaan konsumen oleh Conference Board (CB) yang diproyeksi akan turun.
Selanjutnya data pertumbuhan perekonomian AS, dan indeks harga belanja personal (Personal Consumption Expenditure/PCE) juga diperkirakan turun pada kuartal I/2023. Selain itu, pendapatan perorangan (personal income), belanja personal (personal spending) juga diproyeksi menurun.
Baca Juga
Data lain yang diperkirakan akan menurun adalah PCE Deflator, Indeks Manajer Pembelian (PMI) Chicago, dan PMI Manufacturing.
Adapun data konsumsi personal atau personal consumption menjadi satu-satunya data yang diperkirakan naik pada kuartal I/2023.
Berikutnya dari Eropa, pertumbuhan perekonomian secara quarter-on-quarter (QoQ) diproyeksikan akan naik. Sementara secara year-on-year (YoY) data tersebut diperkirakan menurun.
Data lain dari Eropa yang perlu diperhatikan adalah kepercayaan konsumen (consumer confidence), Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI), dan CPI Core. Adapun kepercayaan ekonomi (economic confidence) diperkirakan meningkat.
Dari Asia khususnya China, data yang perlu diperhatikan adalah PMI Manufacturing, dan PMI Non-Manufacturing yang diproyeksi menurun. Data industrial profits sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (YtD) yang diperkirakan meningkat juga menjadi data penting.
Kemudian dari Jepang data yang harus diperhatikan adalah angka pengangguran (jobless rate), penjualan retail (retail sales), dan produksi industrial (industrial production) yang secara month-to-month (MtM) maupun YoY diproyeksi menurun.
Data yang diperkirakan tidak berubah adalah rasio pekerjaan terhadap pelamar (job to applicant ratio), dan Tokyo CPI. Pertemuan Bank Sentral Jepang yang akan diselenggarakan pada 28 April 2023 juga menjadi data penting.
Adapun berdasarkan sentimen dari data-data tersebut Nico menyebut sektor yang menarik untuk dilirik adalah sektor industri. Meski demikian, dia enggan menyebutkan secara spesifik saham yang menarik dari sektor tersebut.
Secara terpisah, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan IHSG berpotensi melemah pada rentang 6.680-6.850 untuk pekan ini. Menurutnya komentar dari pejabat the Fed akan membuat pasar khawatir akan timbulnya berbagai kebijakan yang membuat ketidakpastian.
Anggota dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook menyebut kebijakan the Fed untuk suku bunga kurang jelas setelah adanya kenaikan yang agresif untuk menekan inflasi.
Adapun the Fed akan melakukan Federal Open Market Committee (FOMC) yang diperkirakan akan memutuskan kenaikan suku bunga 25 basis poin ke 5,25 persen.
“Komentar ini juga membuat pasar khawatir akan timbulnya berbagai kebijakan yang membuat ketidakpastian sehingga untuk minggu ini ada potensi pelemahan IHSG dengan range 6.680-6.850,” ujar Cheril kepada Bisnis, Selasa (25/4/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan kinerja emiten teknologi raksasa AS akan segera dirilis pada pekan ini. Kinerja emiten teknologi AS diperkirakan akan melemah setelah adanya kenaikan suku bunga.
Pelaku pasar juga mengantisipasi kinerja emiten teknologi yang buruk dengan menjual saham teknologi. Hal ini yang akan membuat bursa saham global tertekan.
Dia mengatakan investor domestik bisa berkaca dengan kinerja emiten di luar negeri. Terlebih lagi pada saham-saham yang tertekan oleh tingginya suku bunga.
“Investor domestik bisa berkaca dengan kinerja emiten di luar negeri yang tertekan karena suku bunga tinggi. Hal ini bisa saja juga akan dialami emiten-emiten teknologi dalam negeri apalagi yang utangnya besar,” jelasnya.
Menurutnya harga komoditas logam seperti emas akan naik seiring adanya ketidakpastian dari the Fed. Investor disebut dapat mencermati saham-saham seperti ANTM, BRMS, dan MDKA.