Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kertas milik mendiang taipan RI Winarko Sulistyo, PT Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW) atau FajarPaper membukukan rugi Rp83,21 miliar pada kuartal I/2023. Hal itu disinyalir sebagai imbas melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pada tiga bulan pertama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) FASW membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp83,21 miliar hingga 31 Maret 2023. Sedangkan pada kuartal I/2022, FASW mencetak laba Rp200,03 milar.
"Menguatnya atau melemahnya dolar Amerika Serikat terhadap rupiah sebagaimana ditunjukkan pada tabel, per tanggal 31 Maret 2023 dan 31 Desember 2022 akan mengakibatkan peningkatan atau penurunan ekuitas dan laba atau rugi setelah pajak penghasilan," demikian tulis manajemen dalam laporan keuangan dikutip Selasa, (25/4/2023).
Adapun berdasarkan riset Indo Premier Sekuritas, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 3,71 persen sepanjang kuartal I/2023, dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menahan kenaikan suku bunga acuannya pada tahun 2023. Kurs rupiah ditutup pada level Rp14.996 per dolar AS pada Jumat, (31/3/2023), menguat 3,71 persen dibandingkan penutupan Jumat, (30/12/2022) yang berakhir di level Rp15.573 per dolar AS.
Di lain sisi, penjualan perseroan juga turun 30,37 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp2,22 triliun pada kuartal I/2023, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,20 triliun.
Perseroan hanya memiliki satu segmen usaha yaitu kertas kemasan, dengan rincian penjualan domestik yang berkontribusi Rp1,63 triliun dan ekspor ke negara Asia lainnya sebesar Rp598,55 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, beban pokok penjualan berhasil dipangkas 23,52 persen menjadi Rp2,1 triliun dibanding periode sama tahun 2021 sebesar Rp2,75 triliun.
Berdasarkan neraca, total aset FASW turun tipis menjadi Rp12,83 triliun pada kuartal I/2023, dibanding 31 Desember 2022 yang sebesar Rp12,87 triliun.
Liabilitas perseroan naik menjadi Rp7,96 triliun, dibanding akhir Desember 2022 yang sebesar Rp7,86 triliun. Sedangkan ekuitas turun menjadi Rp4,87 triliun, dibanding Desember 2022 sebesar Rp5,01 triliun.
"Pinjaman bank dan transaksi penjualan dan pembelian persediaan menyebabkan perseroan dan entitas anak terekspos risiko nilai tukar mata uang asing, terutama dari
aset dan liabilitas dalam mata uang dolar Amerika Serikat. Risiko ini dikurangi dengan melakukan penjualan domestik dalam mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat dengan menandatangani kontrak cross currency swap," ujar manajemen FASW.