Bisnis.com, JAKARTA - Reksa dana saham mencatatkan penguatan kinerja pada pekan lalu, seiring dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat.
Berdasarkan laporan Infovesta Utama pada Senin (17/4/2023), kinerja reksa dana saham periode 6-14 April 2023 tumbuh 0,53 persen. Sementara itu, reksa dana campuran tumbuh sebesar 0,38 persen, reksa dana pendapatan tetap tumbuh 0,09 persen dan reksa dana pasar uang tumbuh 0,08 persen.
Adapun, sentimen penggerak pasar dari domestik yakni rilis data cadangan devisa, penjualan ritel, dan Indeks Keyakinan Konsumen yang mengalami peningkatan, serta kurs Jisdor Rupiah yang berlanjut terapresiasi.
Sedangkan sentimen dari global, katalis positif dominan berasal dari rilis data inflasi tahunan Amerika Serikat yang terus melandai melebihi proyeksi konsensus yakni sebesar 5 persen year-on-year (yoy) (konsensus 5,2 persen yoy).
Di lain sisi, IHSG dalam sepekan terakhir ditutup menguat dengan pertumbuhan sebesar 0,38 persen ke level 6.818,57. Pendorong laju penguatan IHSG didorong oleh asing melakukan aksi buy pada saham big cap. Tercatat asing melakukan aksi Net Foreign Buy (All Market) sebanyak Rp3,11 triliun.
Sentimen pendorong indeks dari domestik, rilis data cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan sebesar US$ 145,2 miliar. Peningkatan itu, ditopang oleh penerimaan pajak dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Baca Juga
Selain itu rilis data penjualan ritel yang meningkat sebesar 0,6 persen dibanding bulan sebelumnya, dipicu oleh peningkatan tingkat konsumsi menjelang bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri turut menjadi katalis positif.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang naik ke level 123,3, kurs jisdor rupiah yang menguat 277 poin dalam sepekan, dan IMF yang turut mempertahankan proyeksi GDP Indonesia 2023 di level 5 persen semakin meningkatkan persepsi positif investor terhadap solidnya fundamental domestik.
"Sedangkan sentimen dari global, jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran AS melonjak sebanyak 11.000 menjadi 239.000 dalam pekan yang berakhir per 8 April 2023. Melihat pasar tenaga kerja AS menunjukan pelunakan, kondisi ini dapat menjadi angin segar untuk The Fed," tulis Infovesta.
Mengingat semakin melandainya inflasi AS di tengah potensi resesi perekonomian AS, diperkirakan membuat The Fed akan lebih bersikap menurunkan tensi kenaikan suku bunga FFR alias akan lebih bersikap dovish.
Pelaku pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan FFR sekali lagi sebesar 25 bps pada rapat FOMC bulan Mei dan diperkirakan menjadi kenaikan FFR yang terakhir.
Pergerakan indeks dalam sepekan kedepan pada pasar saham berpotensi terus melanjutkan trend penguatannya walau lebih terbatas karena sedikitnya hari perdagangan. Musim dividen akan mendorong laju pergerakan indeks.
Pada pasar obligasi, investor dapat terus mencermati laju pergerakan inflasi terutama secara historikal pada bulan Ramadan tren inflasi mengalami penguatan, sehingga dapat mempengaruhi pergerakan yield obligasi.