Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terus Menguat, Bisa Tembus Rp14.700 per Dolar AS

Rupiah terus menguat ke Rp14.779 per dolar AS dan masih akan melanjutkan penguatan ke area Rp14.700.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terus menguat ke Rp14.779 pada perdagangan Kamis (13/4/2023). Rupiah juga diperkirakan masih akan terus melanjutkan penguatan menembus ke bawah Rp14.700 per dolar AS. 

Mengutip data Bloomberg, Kamis (13/4/2023) pukul 13.40 WIB, rupiah bergerak menguat 0,68 persen atau 101 poin ke Rp14.779. Adapun, indeks dolar AS menguat 0,05 persen ke 101,55.  

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan terjadi meskipun pascamunculnya data inflasi AS yang turun di 5 persen. 

Inflasi AS kembali melambat pada Maret menjadi 5 persen yoy dari pada Februari di 6 persen yoy dan konsensus memperkirakan di 5,2 persen yoy. Akan tetapi, inflasi inti Amerika Serikat naik sesuai ekspektasi pasar menjadi 5,6 persen yoy, dari Februari 5,5 persen dan konsensus 5,6 persen yoy. Mempertimbangkan hal ini, 70 persen investor memprediksi the Fed masih akan menaikkan suku bunga pada bulan Mei sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen. 

"Hari ini, hari yang bersejarah bagi Indonesia. Di mana mata uang garuda menguat, dan rupiah bisa tembus di level Rp14.700 dalam hitungan hari," kata Ibrahim, Kamis (13/4/2023). 

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi juga mengatakan walaupun secara umum pasar memperkirakan kenaikan suku bunga yang terakhir sebesar 25 bps pada bulan depan, namun investor mulai melihat munculnya perbedaan pendapat diantara para pejabat Fed atas arah kebijakan suku bunga dari risalah rapat yang dirilis semalam. 

Prediksi para staf Fed mengenai potensi resesi di semester II/2023 menjadi justifikasi bagi para pelaku pasar untuk mengalihkan portofolio mereka dari pasar saham Amerika Serikat ke pasar US Treasury atau bahkan negara-negara Eropa yang perekonomiannya sudah mencapai titik nadir. Hal ini mengakibatkan indeks dolar sempat turun ke 101,5. 

"Kami memperkirakan arus masuk modal asing ke pasar obligasi yang sempat berbalik pada hari Selasa [11/4/2023] berpotensi berlanjut. Sehingga, imbal hasil (yield) Obligasi Pemerintah Indonesia [INDOGB] 10 tahun berpotensi terus menguat hari ini di rentang 6,6-6,7 persen. Rupiah juga berpotensi melanjutkan penguatan," ujarnya dalam riset. 

Dari sisi internal, indeks penjualan riil Bank Indonesia turun lebih rendah dari ekspektasi pada bulan Februari menjadi 201,2 dari pada Januari 208,2 dan dari perkiraan BI di 205,2. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya belanja konsumen terutama pada produk telekomunikasi dan informasi  hingga 18,9 persen yoy, serta produk makanan, minuman dan tembakau yang turun 7 persen dari bulan sebelumnya (mom) tapi masih tumbuh dalam basis tahunan sebesar 3,5 persen yoy. 

"Namun, Bl memperkirakan indeks penjualan riil akan meningkat pesat mulai Maret menjadi 215,2 akibat efek musiman bulan puasa dan Idulitri. Kami memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga turun tipis pada kuarta I/2023 menjadi 4,4 persen yoy," ungkap Lionel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper