Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN Karya mencatatkan kinerja bervariasi sepanjang 2022. Kinerja kurang memuaskan ditunjukkan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), sementara PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) membukukan peningkatan laba bersih.
WIKA menderita kerugian hingga Rp59,59 miliar pada 2022. Kinerja bottom line WIKA harus berbalik arah dari laba Rp117,66 miliar pada 2021 menjadi rugi pada 2022.
Padahal dari sisi pendapatan, WIKA mencatatkan adanya kenaikan 17,09 persen dari Rp17,8 triliun menjadi Rp21,48 triliun pada 2022. Peningkatan terjadi pada segmen utama bisnis WIKA meliputi infrastruktur dan gedung menjadi Rp9,68 triliun, industri Rp5,12 triliun, energi Rp3,46 triliun.
Meski demikian, adanya peningkatan pendapatan tersebut tidak berbanding lurus dengan efisiensi beban WIKA. Salah satunya adalah beban pokok pendapatan yang naik 19,61 persen dari Rp16,11 triliun menjadi Rp19,27 triliun.
Selain WIKA, kinerja kurang apik juga tercermin pada WSKT yang mencatatkan pembengkakkan kerugian 73,3 persen dari Rp1,09 triliun menjadi Rp1,89 triliun pada 2022.
Dari sisi top line pendapatan WSKT mampu meningkat meningkat 25,18 persen dari Rp12,22 triliun menjadi Rp15,30 triliun sepanjang 2022.
Baca Juga
Rinciannya, segmen jasa konstruksi sebesar Rp13,56 triliun atau naik 33,47 persen. Kemudian disusul oleh pendapatan jalan tol sebesar Rp916,56 miliar dan pendapatan sektor bisnis lainnya seperti properti maupun penjualan infrastruktur.
Meningkatnya pendapatan sejalan dengan beban pokok pendapatan WSKT yang turut meningkat 34,16 persen menjadi Rp13,85 triliun.
Selain itu, WSKT juga mengalami peningkatan beban umum dan administrasi meningkat 18,58 persen menjadi Rp2,41 triliun, dan beban pajak final naik 30,16 persen menjadi Rp312,79 miliar.
Sementara itu, pendapatan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) mencapai Rp13,54 triliun sepanjang 2022. Angka ini naik 17,5 persen dari Rp11,53 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Secara rinci, pendapatan teknik dan konstruksi meningkat 15,41 persen menjadi Rp10,81 triliun, properti dan pelayanan turun 5,98 persen menjadi Rp842,05 miliar, manufaktur turun 1,68 persen, serta investasi dan konsesi naik 134 persen menjadi Rp1,12 triliun.
Adapun ADHI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp81,24 miliar sepanjang 2022. Laba bersih tersebut meningkat 47,21 persen dari Rp55,18 miliar pada 2021.
Kinerja positif juga ditunjukkan oleh PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) yang mencatatkan peningkatan pendapatan 12,87 persen menjadi Rp18,92 triliun pada 2022. Pendapatan ini naik dari Rp16,73 triliun dibandingkan periode 2021.
Jasa konstruksi PTPP mencapai Rp15,28 triliun atau naik 11,04 persen, properti dan realti sebesar Rp1,97 triliun atau naik 90,83 persen, dan dari engineering-procurement-construction (EPC) mencapai Rp1,17 triliun atau turun 17,02 persen.
Selanjutnya pendapatan keuangan atas konstruksi dari konsesi aset keuangan mencapai Rp168,39 miliar atau naik 121,81 persen, segmen energi sebesar Rp147,6 miliar atau naik 6,42 persen, sewa peralatan mencapai Rp132,44 miliar atau naik 8,04 persen, dan pracetak sebesar Rp36,89 miliar atau turun 82,53 persen.
Adapun laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp271,69 miliar sepanjang 2022. Laba tersebut naik tipis 2,15 persen dari Rp265,97 miliar pada 2021.
EMITEN | Pendapatan (Rp dalam miliar) | Laba bersih (Rp dalam miliar) | ||||
FY 2022 | FY 2021 | growth (%) | FY 2022 | FY 2021 | growth (%) | |
ADHI | 13.549 | 11.530 | 17,50 | 81,24 | 55,18 | 47,21 |
PTPP | 18.921 | 16.763 | 12,87 | 271,69 | 265,97 | 2,15 |
WIKA | 21.480 | 17.809 | 17,09 | -59,59 | 117,66 | |
WSKT | 15.302 | 12.224 | 25,18 | -1.899 | -1.096 | 73,3 |