Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Makin Hot setelah OPEC+ Pangkas Produksi

Harga minyak berpotensi semakin meningkat di tengah rencana OPEC memangkas produksi.
Harga minyak berpotensi semakin meningkat di tengah rencana OPEC memangkas produksi. /freepik
Harga minyak berpotensi semakin meningkat di tengah rencana OPEC memangkas produksi. /freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berpotensi semakin meningkat di tengah rencana OPEC dan sekutunya (OPEC+) mengurangi jumlah produksi.

Pada perdagangan Senin (10/4/2023) pukul 08.25 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2023 naik 0,12 persen atau 0,1 poin menjadi US$80,8 per barel. Harga minyak Brent kontrak Juni 2023 naik 0,07 persen atau 0,06 poin menuju US$85,18 per barel.

Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan harga minyak ditutup di hari Jumat untuk perayaan “Good Friday”, dengan sempat catat kenaikan US$0,12 dan ditutup di level US$80,44, di tengah sentimen turunnya cadangan minyak mentah global dan aksi beli dolar AS.

"Peluang trading harga minyak WTI berpotensi dibeli uji resistance US$82,50 jika naik ke atas level US$81,50," papar Monex.

Dalam skenario alternatif, jika bergerak turun ke bawah level US$80,50 berpeluang dijual uji support US$79,50.

Sementara itu, Tim Research & Development ICDX, termasuk Girta Yoga, mengatakan ekspektasi bullish harga komoditas energi akan terjadi pada kuartal ini. Pasar akan fokus pada implementasi komitmen OPEC+ memangkas produksi sebesar 3,66 juta barel per hari (bph) atau setara 3,7 persen dari total pasokan global.

Keputusan itu terdiri atas kuota utama 2 juta bph ditambah kuota sukarela 1,66 juta bph yang telah disetujui pada 2 April dan mulai berlaku pada Mei hingga akhir tahun.

Sentimen lainnya adalah pengesahan UU pembatasan emisi batu bara dan minyak oleh Australia, yang mewajibkan tambang batu bara dan kilang minyak mengekang emisi sekitar 5 persen per tahun mulai 1 Juli 2023 hingga 2030.

“Kemudian, konflik Ukraina dan Rusia yang masih belum usai, komitmen pengurangan emisi global, dan yang tidak kalah penting adalah realisasi dari persetujuan Presiden Biden untuk Willow Project, proyek pengeboran minyak besar-besaran di Alaska, yang juga akan turut memengaruhi pergerakan harga komoditas energi pada kuartal II/2023,” paparnya.

Pada kuartal lalu, beberapa peristiwa secara global menjadi sentimen negatif yang melemahkan pergerakan harga komoditas energi, mulai dari suhu di AS dan sebagian besar Eropa yang jauh lebih hangat dari biasanya pada awal tahun. Hal ini membuat permintaan bahan bakar pada musim dingin turun dibandingkan dari biasanya.

Penerapan embargo produk turunan minyak Rusia yang gagal membuat pasokan Rusia terganggu, hingga kepanikan di sektor perbankan global pascakejatuhan beberapa bank terbesar dunia, turut menekan harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper