Bisnis.com, OBI – PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel mengoptimalkan pemanfaatan slag nikel sisa hasil produksi smelternya agar memiliki nilai tambah yang bisa menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan.
Perusahaan yang segera melantai di Bursa Efek Indonesia itu memproduksi batako sebagai salah satu bahan konstruksi, box culvert saluran air, tetrapod untuk pemecah ombak, dan artificial reef yang digunakan sebagai rumah ikan dengan slag nikel.
Tonny Hasudungan Gultom, Direktur Trimegah Bangun Persada, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sudah mampu memproduksi 40.000 batako per hari dari slag nikel yang dihasilkan smelter perusahaan.
Produk yang dihasilkan perusahaan dari sisa hasil pengolahan atau SHP nikel itu pun diklaim memiliki kualitas premium untuk produk serupa yang saat ini beredar di pasaran.“Misalnya saja batako yang kami produksi itu memiliki density [kepadatan] yang cukup baik, sehingga lebih berat dan kuat,” katanya saat Site Visit di Pulau Obi, Maluku Utara, Sabtu (8/4/2023).
Batako yang diproduksi perusahaan yang menjadi bagian dari Harita Nickel itu memiliki komposisi 85% slag nikel, 10% fly ash dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan 5% semen.
Tonny membeberkan bahwa untuk batako yang diproduksinya memiliki nilai keekonomian sekitar Rp4.000 per buah. Dengan begitu, potensi pendapatan yang bisa diraih perusahaan dari produk SHP tersebut mencapai Rp4,8 miliar setiap bulannya.
Baca Juga
Meski memiliki prospek yang cukup menjanjikan, Tonny mengaku hingga kini pihaknya masih kesulitan untuk memasarkan produknya tersebut karena persoalan logistik. Alasannya, olahan slag nikel tersebut masih diproduksi di Pulau Obi yang membutuhkan ongkos pengiriman relatif mahal.
“Kalau untuk dijual ke luar [Pulau Obi] masih terkendala pengiriman, sehingga saat ini masih kami manfaatkan sendiri,” ujarnya.
Selain itu, Tonny juga menjelaskan bahwa pemanfaatan slag nikel untuk diolah menjadi berbagai produk tersebut masih sekitar 15% dari total yang dihasilkan perusahaan. “Sisanya kami gunakan untuk menimbun lahan bekas tambang,” jelasnya.
Mengacu pada prospektus perusahaan, saat ini Trimegah Bangun Persada memiliki tiga unit smelter yang telah beroperasi, yakni dua smelter dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) penghasil feronikel yang dioperasikan oleh PT Megah Surya Pertiwi, serta PT Halmahera Jaya Feronikel dengan kapasitas masing-masing 25.000 ton per tahun dan 59.000 ton per tahun.
Selain itu, perusahaan juga memiliki smelter dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) yang dioperatori oleh PT Halmahera Persada Lygend dengan kapasitas produksi 37.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
Untuk diketahui, MHP merupakan produk olahan nikel kadar rendah atau limonit yang kemudian nantinya bisa diolah lebih lanjut hingga menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.