Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Fluktuatif Tersengat Lonjakan Harga Minyak Global

Rupiah sempat dibuka melemah ke level Rp15.001 per dolar AS, dan kemudian berbalik arah menguat.
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau fluktuatif pada awal perdagangan hari ini. Rupiah sempat dibuka melemah tipis kembali ke level Rp15.000, sesaat setelah perdagangan dibuka. 

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (3/4/2023), pukul 09.10 WIB mata uang rupiah terkoreksi 0,04 persen atau 6 poin menjadi Rp15.001 per dolar AS. Sementara itu, mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap dolar AS.

Kendati demikian, pada 09.30 WIB rupiah terpantau kembali menguat 0,5 poin kembali ke level Rp14.995 per dolar AS. Mata uang lainnya yang terpantau menguat terhadap dolar AS adalah rupee India dengan menguat 0,19 persen atau 0,15 poin.

Sedangkan, mata uang Asia yang lesu di antaranya yakni baht Thailand melemah 0,60 persen, ringgit Malaysia melemah 0,18 persen, peso Filipina melemah 0,35 persen, dolar Singapura melemah 0,21 persen, won Korea melemah 1,37 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,11 persen.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah hari ini berpeluang diwarnai fluktuasi dolar AS di tengah lonjakan harga minyak akibat keputusan secara mendadak OPEC+ untuk memangkas produksi. Rupiah juga akan terpengaruh data inflasi Indonesia untuk Maret 2023 yang dirilis hari ini. 

Sebagai informasi, harga minyak melonjak pada Senin (3/4/2023) setelah Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi lebih dari 1 juta barel per hari, yang berpotensi mengancam inflasi global. 

Masih berdasarkan data Bloomberg, pada 08.30 WIB, minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak 5,10 persen ke posisi US$79,53 per barel, sementara minyak Brent naik 5,03 persen ke level US$83,91 per barel. 

Keputusan OPEC+ juga membuat Goldman Sachs menaikkan perkiraannya untuk Brent menjadi US$95 per barel pada akhir 2023 dan menjadi US$100 untuk tahun 2024. 

Adapun, pada akhir pekan lalu, mata uang rupiah ditutup menguat 0,34 persen atau 51,5 poin ke level Rp14.995 per dolar AS. Salah satu sentimen yang memengaruhi adalah data PMI manufaktur Tiongkok. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sepanjang pekan lalu rupiah memimpin pasar Asia dan terapresiasi sebesar 1,07 persen secara mingguan. Hari ini, Badan Pusat Statistik akan merilis data inflasi Indonesia. 

Josua memperkirakan bahwa inflasi tahunan akan menurun menjadi 4,97 persen yoy dari sebelumnya 5,47 persen yoy seiring dengan perlambatan inflasi inti menjadi 2,98 persen yoy.

"Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp14.900-Rp15.050 per dolar AS," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper